<<< Lembaga Kajian Ilmiah Mahasiswa >>>

::Wilujeung Sumping di Weblog LKIM UNAND Padang::. Semoga site gratisan ini bukan hanya menambah literatur-literatur dalam dunia kepenulisan, tetapi juga lebih khusus untuk menambah khazanah keilmuan science dan keislaman, karena di masa kebangkitan seperti sekarang ini (menurut sejarah islam) yang sebelumnya Islam di Andalusia (Spanyol) begitu kuat dan hebatnya, harus tunduk dan hancur oleh kaum Hulagu dari bangsa Bar-Bar, oleh karena itu kita pun di harapkan untuk selalu berkarya, baik melalui dunia kepenulisan, dunia jurnalistik maupun yang lainnya, karena memang tidak bisa kita pungkiri bahwa Islam khususnya yang ada di Indonesia ini sangat butuh dengan orang-orang yang profisional dalam bidangnya masing-masing. Nah...site ini pun tampil untuk menunjukkan bahwa kami ingin menambah khazanah keislaman dalam berkarya, walaupun hanya sebutir debu di padang pasir, tetapi akan sangat bermakna jika kita mendalaminya, Amin

Minggu, 24 Oktober 2010

Memanen Energi dari 'Waste Product'

http://www.mediaindonesia.com/webtorial/klh/?ar_id=NzMwNA==, terbit 23 Mei 2010

Tema: Pengelolaan Sumber Daya Alam
Memanen Energi dari 'Waste Product'
Oleh : Agus Muhar (Mahasiswa Teknologi Hasil Ternak Fak Peternakan Unand, Padang)
Tanggal : Minggu, 23 Mei 2010

ENERGI merupakan isu yang sangat penting yang membutuhkan penanganan yang tepat. Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) 1 Juli 2008 yang melebihi 10% mengagetkan banyak orang dan mendapat reaksi penolakan dari masyarakat. Hal itu karena BBM merupakan kebutuhan vital masyarakat termasuk Sumatera Barat dan sangat terkait dengan kebutuhan lain seperti pangan, sandang dan seluruh kebutuhan hidup yang semuanya mempunyai hubungan proses produksi maupun distribusi. Cadangan minyak dunia dan juga Indonesia pada suatu waktu akan habis sehingga diperlukan kebijakan terpadu untuk dapat menjamin penyediaan energi secara cukup dan berkelanjutan. Dengan terbatasnya cadangan sumber daya fosil, perlu dimulai secara bertahap penggunaan energi alternatif selain minyak bumi.

Hal ini terlihat di Sumatera Barat yang memiliki banyak sumber energi di luar minyak bumi seperti sumber daya air sebagai pembangkit tenaga listrik dan sumberdaya mineral batubara yang penggunannya lebih banyak untuk keperluan industri dan ekspor. Namun potensi tersebut harus direncanakan, dikelola, dan dimanfaatkan secara optimal bagi kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Disamping sumber energi diatas Sumatera Barat masih mempunyai potensi sumber energi alternatif seperti tenaga matahari, ombak/gelombang laut, angin, biomassa, biogas dan gambut yang prospek pengembangannya dimasa depan masih sangat besar. Sumber energi alternatif yang berasal dari bidang kehutanan, pertanian, perkebunan dan peternakan harus diusahakan secara luas karena bidang yang berbasis pertanian tersebut masih menjadi bidang unggulan terbesar dan merupakan bahan baku yang tersedia di Sumatera Barat sehingga dapat menjadi sumber energi alternatif di masa depan.

Pengolahan limbah ternak menjadi biogas merupakan salah satu alternatif untuk mengatasi kelangkaan energi di masa yang akan datang dan sekaligus dapat mengatasi masalah pencemaran lingkungan, karena limbah ternak yang berasal dari peternakan apabila belum diolah secara maksimal akan berakibat pada pencemaran lingkungan dan penularan penyakit misalnya flu burung. Padahal kotoran ternak sebagai limbah peternakan masih mengandung nutrisi atau zat padat yang potensial untuk mendorong kehidupan jasad renik secara anerob (bioteknologi) dapat dimanfaatkan untuk menghasilkan energi (biogas).

Selain melalui air, limbah peternakan sering mencemari lingkungan secara biologis yaitu sebagai media untuk berkembang biaknya lalat. Kandungan air manure antara 27-86% merupakan media yang paling baik untuk pertumbuhan dan perkembangan larva lalat, sementara kandungan air manure 65-85 % merupakan media yang optimal untuk bertelur lalat. Selain itu juga kotoran yang menggunung akan terbawa oleh air masuk kedalam tanah atau sungai yang kemudian mencemari air tanah dan air sungai. Kotoran sapi mengandung racun dan bakteri Coli yang membahayakan kesehatan manusia dan lingkungannya karena ini dapat menjadi bioterrosisme. Oleh karena itu perlu penanganan yang serius untuk kotoran ternak ini dengan mengolahnya menjadi biogas yang mempunyai efek sampingan yang menguntungkan bagi kesehatan dan pendapatan masyarakat yaitu berupa pupuk organik padat dan cair yang murah dan ramah lingkungan sebagai pengganti pupuk kimia.

(Proses pemanfaatan waste product sebagai energi bio gas)

Biogas merupakan gas yang dihasilkan oleh aktifitas anaerobik atau fermentasi yang merupakan proses bioteknologi yang menggunakan mikroorganisme dalam prosesnya dari bahan-bahan organik termasuk diantaranya; kotoran manusia dan hewan, limbah domestik (rumah tangga), sampah biodegradable atau setiap limbah organik yang biodegradable dalam kondisi anaerobik. Kandungan utama dalam biogas adalah metana dan karbon dioksida. Biogas adalah gas yang mudah terbakar (flammable) yang dihasilkan dari proses fermentasi bahan-bahan organik oleh bakteri-bakteri anaerob (bakteri yang hidup dalam kondisi kedap udara) dan CO2.

Keuntungan yang diperoleh dari program biogas sebagai berikut yaitu untuk pembuatan 1 digester biogas sebesar 3,5 m3 untuk limbah ternak 10 ekor sapi memerlukan biaya Rp9.950.000,- dan mempunyai daya pakai selama 30 tahun. Biaya pertahun sebesar Rp331,667.000,- sehingga biaya perbulan Rp27.667,- dan biaya perhari hanya Rp920,-. Bila sebelum menggunakan gas bio menggunakan minyak tanah 4 L/ hari dengan harga Rp3000,- / L untuk pasteurisasi dan pengolahan air susu maka keuntungan diperoleh sebesar Rp12.000,- s/d Rp920,- = Rp11.080,- ditambah lagi keuntungan sampingan dari pupuk organik yang mempunyai harga bersih Rp1000,- / kg dan produksi / hari 40 kg padat dan cair maka keuntungan dalam bentuk materi Rp51.080,- dan 1 bulan sebesar Rp1.502.400,- ditambah kehidupan yang sehat tidak ada polusi dan makanan tidak tercemar pestisida. Hal ini juga mempunyai dampak positif pada masyarakat karena tersedianya pangan organik dan mencifatakan kesejahteraan masyarakat.

Sumatera Barat sebagai sentral peternakan diSumatera memiliki potensi pengembangan biogas yang potensial. Populasi ternak yang dimiliki merupakan sumber energi alternatif yang sangat potensial sekali. Menurut database peternakan Sumatera Barat (BPS, 2005) bahwa pada tahun 2005 jumlah populasi ternak sapi potong 419.352 ekor, kerbau 201.583, sapi perah 714 ekor, ternak unggas 23.677.420. Bila seekor sapi dan kerbau menghasilkan feses 10 kg/hari, dan seekor unggas menghasilkan feses 100 gr/hari, maka total feses di Sumbar perharinya 8.584.232 kg atau 171.685 m3, setara 103.011.000 liter biogas, bila 1 liter biogas sama dengan 1,4 liter minyak tanah, maka setara dengan 144.215.400 liter minyak tanah. Apabila harga satu liter minyak tanah 2500/liter maka total rupiah yang dapat dihemat untuk energi perharinya 3.605.385.000.000 atau 3,6 triliun rupiah perharinya. Disamping itu sisa dari pembuatan biogas ini juga dapat diolah lebih lanjut menjadi pupuk cair dan pupuk padat yang mengandung nilai N 3,1 %.

Dalam situasi krisis ekonomi seperti ini masyarakat sangat perlu masukkan IPTEK salah satunya mengenai program pengembangan biogas, karena proses biogas sangat mudah, tapi belum terlaksana dengan baik di Sumatera Barat di bandingkan di daerah lain yang telah maju. Oleh karena itu para petani peternak Sumbar menghimbau pada pihak yang berwenang agar program biogas terlaksana karena dapat meningkatkan pengetahuan, pendapatan dan kesehatan dalam menyongsong era globalisasi dan setara secara nasional maupun internasional mengingat bahwa Sumbar mempunyai bandara Internasional yang memungkinkan aktifitas usaha berskala nasional / internasional dapat diwujudkan.(*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar