<<< Lembaga Kajian Ilmiah Mahasiswa >>>

::Wilujeung Sumping di Weblog LKIM UNAND Padang::. Semoga site gratisan ini bukan hanya menambah literatur-literatur dalam dunia kepenulisan, tetapi juga lebih khusus untuk menambah khazanah keilmuan science dan keislaman, karena di masa kebangkitan seperti sekarang ini (menurut sejarah islam) yang sebelumnya Islam di Andalusia (Spanyol) begitu kuat dan hebatnya, harus tunduk dan hancur oleh kaum Hulagu dari bangsa Bar-Bar, oleh karena itu kita pun di harapkan untuk selalu berkarya, baik melalui dunia kepenulisan, dunia jurnalistik maupun yang lainnya, karena memang tidak bisa kita pungkiri bahwa Islam khususnya yang ada di Indonesia ini sangat butuh dengan orang-orang yang profisional dalam bidangnya masing-masing. Nah...site ini pun tampil untuk menunjukkan bahwa kami ingin menambah khazanah keislaman dalam berkarya, walaupun hanya sebutir debu di padang pasir, tetapi akan sangat bermakna jika kita mendalaminya, Amin

Senin, 16 November 2009

DAGING ASAP

TUGAS PAPER ILMU & TEKNOLOGI PENGOLAHAN DAGING
DAGING ASAP
OLAHAN DAGING DI SUMBAR




OLEH:
AGUS MUHAR
07 163 028










FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2009


DAGING ASAP (DAGING SALE)
CARA TRADISIONAL

Daging sapi (Bahasa Inggris: beef) adalah jaringan otot yang diperoleh dari sapi yang biasa dan umum digunakan untuk keperluan konsumsi makanan. Di setiap daerah, penggunaan daging ini berbeda-beda tergantung dari cara pengolahannya. Sebagai contoh has luar, daging iga dan T-Bone sangat umum digunakan di Eropa dan di Amerika Serikat sebagai bahan pembuatan steak sehingga bagian sapi ini sangat banyak diperdagangkan. Akan tetapi seperti di Indonesia dan di berbagai negara Asia lainnya daging ini banyak digunakan untuk makanan berbumbu dan bersantan seperti sup konro, gulai, rendang.

Selain rendang yang merupakan kuliner khas Sumatera Barat pengolahan daging lain yang sudah dikembangkan di Bukittinggi adalah daging asap berskala rumah tangga walaupun masih dikerjakan secara sederhana tetapi mempunyai daya tahan yang lebih lama dan cita rasa yang khas dari aroma kayu.
Daging asap adalah irisan daging yang diawetkan dengan panas dan asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu keras yang banyak menghasilkan asap dan lambat terbakar. Asap mengandung senyawa fenol dan formal dehida, masing-masing bersifat bakterisida (membunuh bakteri). Kombinasi kedua senyawa tersebut juga bersifat fungisida (membunuh kapang). Kedua senyawa membentuk lapisan mengkilat pada permukaan daging. Panas pembakaran juga membunuh mikroba, dan menurunkan kadar air daging. Pada kadar air rendah daging lebih sulit dirusak oleh mikroba.
Asap juga mengandung uap air, asam formiat, asam asetat, keton alkohol dan karbon dioksida 4 . Rasa dan aroma khas produk pengasapan terutama disebabkan oleh senyawa fenol (quaiacol, 4-mettyl-quaiacol, 2,6-dimetoksi fenol) dan senyawa karbonil 1 .
Ada dua cara pengasapan yaitu cara tradisional dan cara dingin. Pada cara tradisional, asap dihasilkan dari pembakaran kayu atau biomassa lainnya (misalnya sabuk kelapa serbuk akasia, dan serbuk mangga). Pada cara basah, bahan direndam di dalam asap yang sudah di cairkan. Setelah senyawa asap menempel pada daging, kemudian daging dikeringkan. Walaupun mutunya kurang bagus dibanding pengasapan dingin, Pengasapan tradisional paling mudah diterapkan oleh industri kecil. Asap cair yang diperlukan untuk pengasapan dingin sulit ditemukan dipasaran. Karena itu teknologi yang diuraikan lebih ditekankan pada pengasapan tradisional.
Bagian karkas sapi yang baik digunakan untuk daging asap adalah bagian Punuk atau lebih dikenal dengan nama blade adalah daging sapi bagian atas yang menyambung dari bagian daging paha depan terus sampai ke bagian punuk sapi. Pada bagian tengahnya terdapat serat-serat kasar yang mengarah ke bagian bawah, yang cocok jika digunakan dengan cara memasak dengan teknik mengukus. Blade atau sampil ini merupakan bagian daging yang tebal, dengan komposisi berat ± 5,5 % dari berat karkas, daging yang cukup empuk dengan struktur yang ototnya yang lurus. Biasanya daging ini digunakan untuk membuat makanan khas Nusa Tenggara Timur yaitu Se’i (sejenis daging asap).













CARA PEMBUATAN DAGING SAPI ASAP







I. BAHAN
1. Daging bagian blade
2. Kayu keras misalnya sabuk kelapa serbuk akasia, dan serbuk mangga
3. Garam halus

II. PERALATAN
1. Lemari asap. Alat ini digunakan untuk mengasapi daging. Daging digantung atau diletakkan di atas rak-rak. Bagian dasar lemari digunakan untuk pembakaran kayu.
2. Penggantung daging. Alat ini digunakan untuk menggantung daging besar yang akan diiris.
3. Pisau dan talenan. Alat ini digunakan sebagai alas pada saat mengiris daging (kalau tidak digantung)

III. CARA PEMBUATAN
1. Pengirisan daging. Daging diiris tipis-tipis. Sedapat mungkin pemotongan mengikuti arah jaringan otot. Ada dua cara pengirisan, yaitu:
a. Daging digantung pada alat penggantung, kemudian diiris tipis-tipis
b. Daging ditempatkan diatas talenan, kemudian diiris tipis-tipis
Irisan dapat dibuat dalam berbagai ukuran, seperti:
c. irisan kecil: irisan dengan panjang 1 cm dan lebar 1 cm
d. irisan sedang: irisan dengan panjang dan lebar antara 3 ~ 5 cm
e. irisan panjang: irisan dengan panjang >5 cm dan lebar 3 ~ 5 cm
2. Penyiapan lemari asap. Bagian dasar lemari asap diisi dengan kayu keras, kemudian dibakar. Setelah kayu terbakar, api dipadamkan sehingga kayu tetap membara sambil mengeluarkan asap.
3. Pengasapan. Irisan daging berukuran kecil dan sedang diletakkan di anyaman jarang. Irisan berukuran panjang (pasang) lebih baik digantung. Setelah itu lemari ditutup rapat. Pengasapan ini dilangsungkan selama 48 jam sehingga dihasilkan daging asap kering dengan warna coklat tua. Selama pengasapan, pembakaran kayu harus dijaga agar tidak mengeluarkan api. Jika kayu berapi, kayu lebih cepat habis, kurang berasap, dan suhu terlalu tinggi. Selama pengasapan, suhu perlu diusahakan tidak lebih dari 80°C.
4. Pengemasan. Daging asap yang benar-benar kering dapat disimpan di dalam kantong plastik, dan kotak kaleng yang tertutup rapat.









REFERENSI
Anonim. 2009. http://id.wikipedia.org/wiki/Daging_sapi. posting 27 Oktober 2009.
_______. ____. http://drharis.blogspot.com/2008/08/mengenal-daging-sapi.html
Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat, Jl. Rasuna Said, Padang Baru, Padang, Telp. 0751 40040, Fax. 0751 40040 Tahun 2008
Teknologi Tepat Guna Agroindustri Kecil Sumatera Barat, Hasbullah, Dewan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Industri Sumatera Barat Tahun 2008

GAMBIR

Tanaman gambir (Uncaria gambir Roxb) pada umumnya digunakan untuk menyirih. India sebagai pengimpor 68 persen gambir Indonesia, mengunakan gambir sebagai bahan campuran menyirih.
Hampir 95 persen gambir Indonesia tersebut diolah lagi menjadi Betel Bite atau Plan Masala sebelum dipasarkan lagi. Gambir juga digunakan di Indonesia sebagai luka bakar, obat sakit kepala, obat diare, obat disentri, obat kumur-kumur, obat sariawan, obat sakit kulit, penyamak kulit, bahan pewarna tekstil dan astragensia.
Gambir dapat juga dijadikan sebagai bahan baku utama perekat perekat kayu lapis dan papan partikel. Bila gambir yang diekspor tersebut digunakan sebagai bahan baku perekat kayu lapis didalam negeri maka baru akan memenuhi kebutuhan tiga pabrik kayu lapis yang berkapasitas 5000-6000 m3/bulan. Hal ini akan masih tetap terlalu sedikit dibanding kebutuhan pabrik kayu lapis dan papan partikel yang ada di Pulau Sumatra. Dan gambir dapat diolah didalam negeri menjadi bentuk yang lain dari sekarang, seperti bentuk biskuit dan tepung gambir sesuai dengan permintaan pasar dunia. Negara India saja membutuhkan gambir sebanyak 6000 ton pertahun. Terlihat bahwa prospek luar negeri masih terbuka.
Gambir adalah ekstrak air panas dari daun dan ranting tanaman gambir yang disedimentasikan dan kemudian dicetak dan dikeringkan. Potensi pengembangannya cukup besar, bila dilihat dari potensi produksi, pemasaran pada pasar domestik dan ekspor. Laju pertumbuhan ekspor gambit yaitu 33,45 persen dari segi volume dan 44,37 persen dari segi nilai selama periode 1991 sampai 1995. Pada tahun 2002 dan 2005 diproyeksikan volume ekspor gambir secara berturut-turut 10620 ton dan 14704 ton.
Persoalan pemasaran gambir yaitu fluktuasi harga yang sangat besar, misalnya pada bulan Februari 2003 harga gambir ditingkat petani hanya berkisar Rp 5000/kg akan tetapi pernah pula mencapai angka Rp 20000/kg pada tahun 1998. Harga tiap kg dalam USD yang terendah dicapai pada tahun 1998 yaitu 1.46 USD dan tertinggi tahun 1997 yaitu 2.91 USD.
Bila ditinjau dari ketersediaan lahan di Sumatera Barat maka terlihat adanya keterbatasan. Sekitar 60 persen dari lahan yang ada merupakan perbukitan dan lahan miring dan 15 persen saja yang telah disepakati untuk lahan pertanian. Secara keseluruhan hanya tersedia sekitar 450000 ha lahan yang potensial untuk perluasan tanaman perkebunan.
Di Sumatera Barat tanaman gambir tumbuh dengan baik didaerah Limapuluh Kota, Pesisir Selatan dan daerah tingkat II lainnya. Di Kabupaten Limapuluh Kota sebanyak 11937 Ha dengan produksi 7379 ton pertahun. Di Kabupaten Pesisir Selatan sebanyak 2469 Ha dengan produksi 688 ton pertahun dan Kabupaten lainnya seluas 175 Ha yang sebahagian besar belum berproduksi.
Luas diatas potensial dan memenuhi skala ekonomi untuk dikembangkan. Jumlah unit usaha pengolahan gambir di Sumatera Barat tercatat sebanyak 3571 unit dengan tenaga kerja 6908 orang dan investasi Rp 1029614000. Data produksi gambir di Sumatera Barat sebenarnya belum tersedia dengan lengkap, khususnya untuk konsumsi dalam negeri. Bila berpedoman kepada angka produksi tahun 1997 dan angka ekspor pada tahun yang sama maka 98 persen produksi gambir diekspor dan 2 persen dikonsumsi dalam negeri.
Di negara lain juga ada produk sejenis gambir yang ditawarkan seperti tannin dari kulit kayu Acacia mearnsii, kayu Schinopsis balansa. Pada tahun 1983 diproduksi 10000 ton perekat berbasis tannin Acacia mearnsii di Afrika Selatan. Di New Zealand telah mulai produksi tiap tahunnya 8000 ton perekat berbasis tannin dari kulit kayu Pinus radiata. Di Peru diproduksi Tara tannin dari kulit buah Caesalpinia spinosa yang juga akan dijadikan bahan baku perekat.
Prospek gambir sebagai bahan baku perekat untuk bahan berbasis kayu atau bahan berlignosellulosa lainnya terlihat ada. Sebagai langkah awal penulis telah mendaftarkan paten pada Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan judul “Proses gambir sebagai bahan baku perekat dengan nomor P 00200200856” dengan memanfaatkan insentif dari Kementerian Riset dan Teknologi.
Penanaman gambir masa sekarang dilakukan pada lahan ketinggian 200-800 m diatas permukaan laut. Mulai dari topografi agak datar sampai dilereng bukit. Ditinjau dari aspek konservasi ditemui juga penanaman pada lahan termasuk areal kawasan lindung dengan salah satu ciri kelerangan diatads 40 persen. Di Kabupaten Limapuluh Kota terutama perkebunan gambir ada di Kecamatan Kapur IX, Mahat, Pangkalan Koto Baru dan Suliki Gunung Mas. Kapur IX merupakan kecamatan penghasil gambir terbesar (hampir 2/3 total produksi) dengan wilayah utama yaitu Nagari Sialang. Areal penanaman gambir tersebut sebahagian besar berasal pada Sub Daerah Aliran Sungai (DAS) Kampar Kanan dan DAS Mahat.
Berdasarkan peta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK), fungsi kawasan hutan kedua Sub DAS tersebut adalah 64,30 persen sebagai kawasan lindung dan 35,70 persen sebagai kawasan yang boleh diusahakan (kawasan eksploitasi). Kawasan lindung tersebut terdiri dari 61,37 persen (204412 Ha) sebagai hutan lindung dan 2,93 persen sebagai hutan suaka alam.
Diperoleh dari “http://id.wikipedia.org/wiki/Gambir“

Kemasan Plastik Cerdas

///C:%5CDOCUME%7E1%5CADMINI%7E1%5CLOCALS%7E1%5CTemp%5Cmsohtml1%5C01%5Cclip_filelist.xml">

Makanan di masa mendatang bisa dikemas dalam kemasan plastik cerdas yang dapat mendeteksi kontaminasi dan selanjutnya berbiodegradasi ketika dibuang.

Selaput polimer, yang bisa memberi tanda jika terpapar terhadap tekanan yang berlebihan dan suhu yang meningkat, telah dibuat oleh ilmuwan di Italia. Selaput ini stabil pada suhu lingkungan, kata Andrea Pucci dari Universitas Pisa, yang memimpin penelitian ini. Disamping itu, ketika makanan dikeluarkan, selaput kemasan yang dibuang akan diurai oleh mikroorganisme yang terdapat dalam tanah dan air tawar atau air laut, kata dia. Selaput ini terbuat dari poliester yang tersedia di pasaran, yang dicampur dengan zat warna stilbena yang murah dan mudah didapat (dikenal sebagai BBS). BBS memenuhi syarat-syarat FDA, sehingga bisa digunakan dalam pengemasan makanan, kata Pucci. Zat warna ini membentuk kumpulan-kumpulan kecil dalam selaput polimer, yang memiliki luminusensi hijau dibawah sinar UV. Apabila selaput diregangkan atau di remas, kumpulan-kumpulan BBS tertarik menjauh dan molekul-molekulnya berhenti berinteraksi, sehingga menghasilkan luminusensi biru. Perubahan suhu juga mempengaruhi pengumpulan dan perubahan output luminusensi dari selaput ini.

Christoper Weder, seorang polopor dalam polimer cerdas di Case Western Reserve University di Cleveland, US, mengatakan sangat tertarik dengan penelitian ini. "Pucci telah menunjukkan bahwa konsep-konsep umum bisa dikembangkan ke zat-zat warna yang tersedia secara komersial yang dinilai kompatibel dengan makanan, sebuah pencapaian penting dari sudut pandang teknologi," kata dia.

Pucci mengatakan tantangan selanjutnya adalah membuat selaput-selaput komposit yang seluruhnya terbuat dari material-material yang kompatibel dengan bahan makanan, dan selaput-selaput yang memiliki aktivitas lebih luas. "Menurut pendapat saya, masa depan bidang ini bergantung pada formulasi sensor-sensor nanostruktur yang sensitif terhadap berbagai stimuli eksternal," kata Pucci.

Disadur dari: http://www.rsc.org/chemistryworld/

Keindahan di Danau Singkarak


Selasa, 16 Juni 2009

PENCEMARAN TELUR OLEH MIKROORGANISME

Posted by Azhari Nuridinar


PENDAHULUAN

Telur adalah salah satu sumber protein hewani yang memilik rasa yang lezat, mudah dicerna, dan bergizi tinggi. Selain itu telur mudah diperoleh dan harganya murah. Telur dapat dimanfaatkan sebagai lauk, bahan pencampur berbagai makanan, tepung telur, obat, dan lain sebagainya. Telur terdiri dari protein 13 %, lemak 12 %, serta vitamin, dan mineral. Nilai tertinggi telur terdapat pada bagian kuningnya. Kuning telur mengandung asam amino esensial yang dibutuhkan serta mineral seperti : besi, fosfor, sedikit kalsium, dan vitamin B kompleks. Sebagian protein (50%) dan semua lemak terdapat pada kuning telur. Adapun putih telur yang jumlahnya sekitar 60 % dari seluruh bulatan telur mengandung 5 jenis protein dan sedikit karbohidrat. Kelemahan telur yaitu memiliki sifat mudah rusak, baik kerusakan alami, kimiawi maupun kerusakan akibat serangan mikroorganisme melalui pori-pori telur. Oleh sebab itu usaha pengawetan sangat penting untuk mempertahankan kualitas telur.

Kualitas telur ditentukan oleh :

    1. kualitas bagian dalam (kekentalan putih dan kuning telur, posisi kuning telur, dan ada tidaknya noda atau bintik darah pada putih atau kuning telur) dan
    2. kualitas bagian luar (bentuk dan warna kulit, permukaan telur, keutuhan, dan kebersihan kulit telur).
Telur terdiri dari kulit telur, selaput, lendir putih (albumen) dan kuning telur. Struktur kulit telur, keras tetapi porus dan terbentuk dari garam-garam anorganik (terutama Kalsium Karbonat). Keporusan kulit telur memungkinkan embryo bernafas. Namun demikian daya tangkalnya cukup besar terhadap masuknya berbagai kuman, asal saja dijaga agar tetap kering. Disamping itu kulit telur mampu sampai pada batas tertentu mencegah adanya penguapan. Permukaan telur mempunyai selaput tipis disebut kutikula. Sebelah dalam kulit telur diselaputi dua helai membran, yang satu melekat pada kulit telur sedangkan yang lainnya kepada albumen, ialah pada bagian telur yang menyempit. Pada waktu isi telur mengkerut yang disebabkan oleh pendinginan dan penguapan, lembaran membran memisahkan diri satu dari yang lain dan membentuk rongga udara. Rongga ini biasanya terbentuk pada bagian telur yang besar (Dirjennak, 1984). Putih telur bagian luar dan dalam tipis dan berupa cairan Putih telur memiliki viskositas tinggi (kental) dan kokoh berbentuk kantung albumen serta mengandung zat-zat yang bersifat antimikrobial dan pH yang alkalis.


Menurut Trioso (2004), komposisi telur ayam terdiri dari 73,7 % air, 12,9 % protein, 11,2 % lemak dan 0,9 % karbohidrat, sedangkan struktur telur terdiri dari 3 komponen yaitu kulit telur (11 % dari total bobot telur ), putih telur (57 % dari total bobot telur) dan kuning telur (32 % dari total bobot telur).

Telur mempunyai protein bermutu tinggi, disamping itu telur merupakan sumber yang baik sekali dari fosfor, zat besi, Riboflavin dan vitamin A.

Pencemaran Telur Oleh Mikroorganisme

Telur merupakan bahan pangan yang mempunyai daya pengawet alamiah yang paling baik, karena memiliki suatu pelindung kimia dan fisis terhadap infeksi mikroba. Mekanisme ini sebearnya dibuat untuk melindungi embrio unggas sehingga menjamin pertumbuhannya.Tetapi bila telur retak atau pecah, perlindungan alamiah ini akan hilang dan telur akan menjadi bahan pangan yang mudah rusak seperti bahan pangan hewani lainnya.Jasad renik utama yang bertanggung jawab dalam toksiko infeksi oleh telur dan produk telur adalah Salmonella, Staphylococcus dan Arizona, dan mikroorganisme yang paling sering dijumpai adalah Staphylococcus aureus.


Biasanya isi telur yang diproduksi unggas ada dalam keadaan steril, meskipun kulitnya sedikit kotor dan bernoda tidak akan banyak terdapat organisme penyebab kerusakan padanya. Oleh sebab inilah telur yang bersih dapat disimpan dalam waktu yang lama pada suhu udara, bahkan isinya mengering tanpa memperlihatkan tanda adanya serangan mikroba. Walaupun demikian, kerusakan oleh bakteri dan jamur merupakan gejala umum untuk telur yang disimpan pada suhu udara selama beberapa minggu, atau pada penyimpanan selama beberapa bulan pada suhu cold storage. Penyebab utama kerusakan mikrobial adalah adanya pencucian telur kotor sebelum dipasarkan. Bakteri yang berhasil masuk berbiak dan akhirnya merusak, menyebabkan pembusukan hijau, hitam, merah dan lain-lain (Dirjennak, 1984).

Telur yang dibekukan dan dicairkan kembali secara umum akan mengurangi secara pasti jumlah bakteri yang terdapat di telur, tetapi sebagian besar dari mikroorganisme tahan terhadap perlakuan ini. Ada tiga golongan kadang-kadang tahan terhadap pasteurisasi dan pembekuan : Bacillus yang merupakan lebih dari 80% mikroorganisme yang tetap hidup, Alcaligenes dan Proteus. Oleh sebab itu, yang paling dominan dalam produk telur beku adalah genus Bacillus. Selain itu, genus Salmonella juga tetap tinggal hidup, terutama Salmonella oranienburg yang sering dijumpai dalam kuning telur asin. Tetapi sebaliknya, bila produk yang sama disimpan pada suhu 16º C, 25º C atau 36º C maka Salmonella akan mati.


Pada pengeringan telur dengan atomisasi (hasinya berupa tepung telur) akan menurunkan jumlah total mikroflora, karena beberapa mikroorganisme sangat peka terhadap perlakuan termik. Meskipun begitu, beberapa mikroflora yang lain relatif akan lebih tahan terhadap perlakuan panas ini. Oleh sebab itu Salmonella dan Escherichia coli akan tahan di produk telur kering yang sebelumnya tidak dipasteurisasi. Sebaliknya, Salmonella akan sangat sensitif terhadap pengeringan jika sebelumnya telah mengalami pasteurisasi (Dirjennak, 1992).

Menurut Trioso (2004), sumber pencemaran pada telur berasal dari unggas yang sakit, kloaka, als kandang/sangkar, wadah telur (peti, egg tray), debu, tanah (lingkungan), penyimpanan, sanitasi dan higiene serta pekerja.


Beberapa penyebab bakteri mencemari daging ayam dan telur (Dirjennak, 1992) adalah :

· Salmonellae dapat berasal dari ekskreta manusia maupun hewan dan air yang terkontaminasi oleh limbah. Salmonellae sering ditemukan dalam bahan makanan asal hewan, terutama daging, daging unggas dan telur, yang belum atau masih setengah masak dan disebarkan ke makanan lain melalui kontaminasi silang. Salmonella enteritidis dilaporkan sering ditemukan pada kulit telur dengan grade A. Daging unggas pada umumnya terkontaminasi Salmonella sp ketika masih di tempat pemrosesan karkas, tangan pekerja,permukaan peralatan serta pakaian pekerja

· Staphylococcus, habitat utama adalah selaput membran hidung dan kulit manusia maupun hewan. Banyak orang memiliki kebiasaan kurang baik yaitu menyentuh bagian dalam hidungnya. Tanpa disadari tindakan ini dapat memindahkan bakteri Staphylococcus ke tangan dan selanjutnya disebarkan lagi ke makanan melalui penanganan yang tidak benar. Bakteri ini dapat pula ditemukan pada luka di kulit. Melalui luka sayatan atau pori-pori, bakteri ini masuk ke bagian dalam kulit, tumbuh dan berkembang biak. Dalam kasus ini bakteri tetap dapat disebarkan walaupun tangan telah dicuci. Staphylococcus aureus diduga berasal dari tangan orang yang terlibat dalam proses produksi, pengirisan atau pengajian

· Escherichia coli seringkali diasosiasikan dengan air yang telah terkontaminasi oleh feces dan sejak lama telah diketahui menjadi penyebab diare pada anak-anak.

BIOARANG SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF PENGGANTI MINYAK TANAH YANG MURAH DAN RAMAH LINGKUNGAN


oleh Azhari Nuridinar (05163023)

Mahasiswa Teknologi Hasil Ternak Fakultas Peternakan Universitas Andalas

Latar Belakang

Kelangkaan bahan bakar minyak, yang disebabkan oleh kenaikan harga minyak dunia yang signifikan, telah mendorong pemerintah untuk mengajak masyarakat mengatasi masalah energi bersama-sama. (Kompas, 23 Juni 2005). Kebutuhan bahan bakar bagi masyarakat yang sebagian besar dipenuhi oleh minyak tanah yang selama ini dirasakan terjangkau karena subsidi oleh pemerintah, namun demi penghematan yang dilakukan oleh pemerintah. Mengingat beban subsidi BBM yang mencapai lebih dari 60 triliyun rupiah. Maka pemerintah melakukan pencabutan atau pengurangan subsidi tersebut. Akibatnya kemampuan masyarakat untuk membeli bahan bakar minyak menjadi menurun dan bahkan kemampuan dalam memenuhi kebutuhan lainnya pun masyarakat mengalami kesulitan akibat dampak dari pengurangan subsidi BBM yang mengakibatkan kenaikan harga kebutuhan pokok lainnya.

Minyak merupakan sumber energi utama di Indonesia. Konsumsi minyak tanah masyarakat mencapai 2,7 juta kiloliter pertahunnya Pemakaiannya terus meningkat baik untuk komoditas ekspor yang menghasilkan devisa maupun untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri. Sementara cadangannya terbatas sehingga pengelolaannya harus dilakukan seefisien mungkin. Karena itu, ketergantungan akan minyak bumi untuk jangka panjang tidak dapat dipertahankan lagi sehingga perlu ditingkatkan pemanfaatan energi alternatif. Energi alternatif adalah energi yang pada umumnya sumber daya nonfosil yang dapat diperbarui atau bisa dikelola dengan baik, maka sumber dayanya tidak akan habis.

Bioarang merupakan salah satu energi alternatif yang dapat dikembangkan sebagai bahan bakar yang murah dan ramah lingkungan. Bahan baku dalam pembuatan Bioarang sangat mudah didapat karena berasal dari bahan organik yang ada disekitar kita, Bahan dasarnya dapat berupa limbah organik; kayu-kayu sisa, daun-daun kering, makanan sisa, kertas dan kotoran ternak. Dengan memanfaatkan limbah organik dan kotoran ternak, hal ini tentunya dapat mengatasi masalah limbah yang selama ini menjadi polemik di masyarakat. Dengan teknologi tepat guna yang relatif lebih sederhana, bioarang bisa dibuat dengan memproses limbah organik atau biomassa dalam pembakaran udara terbatas yang disebut sistem pirolisis. Teknologi sederhana ini bisa diterapkan secara luas oleh masyarakat untuk membuat sendiri bahan bakar guna memenuhi kebutuhan mereka. Sehingga masyarakat tidak terlalu bergantung akan minyak tanah dan tidak melakukan pengrusakan hutan dengan menebang pohon utuk dijadikan kayu bakar.

Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis menganggap bahwa pemanfaatan bioarang perlu ditingkatkan efektivitasnya. Perkembangan teknologi saat ini memberi peluang untuk dapat mengembangkan energi alternatif yang sudah ada menjadi lebih baik. Rumusan masalah yang penulis coba ajukan yaitu seberapa besarkah potensi bioarang sebagai energi alternatif pengganti minyak tanah dan bagaimana potensi bioarang dalam mengatasi masalah lingkungan yang di timbulkan oleh limbah organik.

I.2 Tujuan dan Manfaat Penulisan

Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulisan karya ilmiah ini bertujuan untuk :

  1. Mengetahui sejauh mana bioarang sebagai sumber energi alternatif pengganti minyak tanah.
  2. Memperoleh gambaran efisiensi bioarang sebagai energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan.
  3. Mengetahui pemanfaatan limbah dan kotoran ternak sebagai sumber energi pembuatan bioarang.

Hasil penulisan karya ilmiah ini diharapkan bermanfaat untuk :

  1. Mengurangi ketergantungan masyarakat dalam pemakaian dan penghematan bahan bakar minyak tanah dengan beralih pada bioarang.
  2. Mengatasi masalah pencemaran lingkungan akibat limbah dan kotoran ternak dengan mengubahnya menjadi bioarang.
  3. Mengoptimalkan pemanfaatan limbah dan kotoran ternak sebagai sumber energi bioarang.
  4. Memberikan sumbangan pemikiran kepada pemerintah dalam usaha pencarian sumber energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan., dan menumbuhkan kesadaran dalam memanfaatkan sumber daya alam secara bijaksana.

TELAAH PUSTAKA

Minyak Tanah dan Kelangkaannya

Minyak adalah istilah umum untuk semua cairan organik yang tidak larut/bercampur dalam air. Minyak bumi merupakan campuran berbagai macam zat organik, tetapi komponen pokoknya adalah hidrokarbon (Wikipedia Indonesia, 2005). Minyak tanah, solar, bensin, avtur (bahan bakar pesawat) merupakan produk minyak bumi yang berintikan hidrokarbon (tersusun atas atom hidrogen dan karbon) serta sejumlah zat lain, seperti nitrogen, oksigen, sulfur, dan sejumlah kecil unsur logam. Produk-produk minyak bumi tersebut dipisahkan dengan cara distilasi. Temperatur distilasi akan menentukan produk yang dihasilkan dari minyak bumi. Minyak tanah (light kerosene) memiliki rentang rantai karbon dari C10 - C15, sedangkan solar antara C10 - C20 (sumber: Wikipedia). Perbedaan minyak tanah dengan kerosene untuk bahan bakar adalah bahwa pada minyak tanah masih terdapat banyak unsur pengotor, baik skala molekuler ataupun partikel (debris). Dengan kata lain, minyak tanah adalah kerosene dengan mutu rendah.

Minyak bumi disebut juga minyak mineral karena diperoleh dalam bentuk campuran dengan mineral lain. Minyak bumi tidak dihasilkan dan didapat secara langsung dari hewan atau tumbuhan, melainkan dari fosil. Karena itu, minyak bumi dikatakan sebagai salah satu dari bahan bakar fosil. Beberapa ilmuwan menyatakan bahwa minyak bumi merupakan zat abiotik, yang berarti zat ini tidak berasal dari fosil tetapi merupakan zat anorganik yang dihasilkan secara alami di dalam bumi. Namun, pandangan ini diragukan secara ilmiah karena hanya memiliki sedikit bukti yang mendukung. Minyak tanah merupakan salah satu dari jenis minyak bumi yang mengalami kelangkaan.

Saat ini dunia sangat bergantung kepada minyak bumi sebagai sumber energi. Namun, minyak bumi ini adalah sumber energi yang tak dapat diperbaharui. Sedikit yang membantah bahwa minyak bumi suatu saat akan habis dan manusia akan terpaksa beralih ke jenis energi lainnya. Yang menjadi masalah kini bukanlah apakah minyak akan habis, tetapi kapan minyak akan habis. Ini adalah yang kita sebut sebagai krisis minyak dunia.

Menurut publikasi yang berjudul “Statistical Review of World Energy 2005″, produksi minyak tertinggi Indonesia terjadi pada tahun 1977, dengan rata-rata sebesar 1685 ribu barrel/hari. Setelah itu, produksi minyak Indonesia tidak pernah lagi mencapai angka tersebut. Pada tahun 2004, produksi minyak Indonesia hanyalah sebesar 1126 ribu barrel/hari. Angka ini sudah berada di bawah konsumsi BBM Indonesia yang jumlahnya sebesar 1150 ribu barrel/hari. Cadangan minyak Indonesia yang dapat dibuktikan keberadaannya hanyalah sekitar 4.7 miliar barrel.

Pada tahun 2004, Kelompok Kerja Pembaruan Agraria dan Pengelolaan Sumber Daya Alam (Pokja PA-PSDA) dan Koalisi Ornop Energi mengatakan bahwa minyak bumi Indonesia akan habis dalam waktu 15-20 tahun, gas alam dalam waktu 35-40 tahun dan batubara dalam waktu 60-75 tahun. Indonesia dalam penyusunan APBN 2005 mengalokasikan dana untuk subsidi BBM sebesar Rp 90 triliun, dengan perhitungan harga minyak di pasaran dunia 35 dollar AS perbarel. Namun, kondisi sekarang harga minyak di pasaran dunia mencapai 60 dollar AS per-barel, sehingga akan sangat mempengaruhi subsidi keuangan negara.

Jadi di sini jelas sekali permasalahan yang dihadapi yaitu kelangkaan minyak bumi yang salah satunya adalah minyak tanah karena ketersediaannya terbatas, tidak bisa diperbaharui dan harganya yang semakin naik apalagi pasca kenaikan BBM per Oktober 2005 lalu. Maka perlunya dicari energi alternatif yang dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap minyak tanah.

Limbah Organik dan Permasalahannya

Sampah merupakan buangan sisa-sisa material yang tidak dimanfaatkan lagi karena dinilai tidak berguna dan tidak sesuai dari fungsi awalnya (Farida, 2000). Bila melihat dari segi komposisi kandungan limbah, ternyata limbah memiliki potensi luar biasa. Kandungan materi dan komposisi limbah terdiri dari sejumlah mikroorganisme bermanfaat, bahan organik dan anorganik. Kedua elemen tersebut telah terbukti memberikan manfaat cukup besar bagi kehidupan manusia.

Mikroorganisme pengurai limbah pada umumnya merupakan kelompok bakteri heterotrof. Bakteri jenis ini memanfaatkan limbah-limbah organik atau sisa makhluk hidup sebagai sumber energinya. Bakteri yang sering dijumpai dalam limbah antara lain bakteri nitrit (Nitrosococcus), bakteri nitrat (Nitrobacter), Clostridium, dan sebagainya. (Hermin, 2004). Bakteri Clostridium merupakan mikroorganisme pembusuk utama, berperan dalam menguraikan asam amino dalam protein makhluk hidup, baik dari limbah tumbuhan maupun limbah hewan menjadi suatu senyawa amoniak. Senyawa inilah yang menyebabkan timbulnya bau tidak sedap pada limbah. Limbah bukan objek yang perlu didakwa sebagai sumber masalah, menjijikkan, sumber bencana, bau, polusi atau tetek-bengek lainnya. Alangkah bijaksananya bila kita menyadari, limbah merupakan bagian realita hidup yang harus dihadapi.

Limbah dapat berupa kotoran ternak bahkan tinja manusia, sisa-sisa panenan seperti jerami, sekam dan daun-daunan sortiran sayur dan sebagainya. Namun, sebagian besar terdiri atas kotoran ternak Limbah ternak merupakan sumber limbah organik yang potensial untuk dikembangkan menjadi bioarang. Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan lain-lain. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain-lain (Sihombing, 2000). Semakin berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat. Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari species ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Manure yang terdiri dari feces dan urine merupakan limbah ternak yang terbanyak dihasilkan dan sebagian besar manure dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan domba. Umumnya setiap kilogram susu yang dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg limbah padat (feses), dan setiap kilogram daging sapi menghasilkan 25 kg feses (Sihombing, 2000). Pada peternakan di Amerika Serikat, limbah dalam bentuk feses yang dihasilkan tidak kurang dari 1.7 milyar ton per tahun, atau 100 juta ton feces dihasilkan dari 25 juta ekor sapi yang digemukkan per tahun dan seekor sapi dengan berat 454 kg menghasilkan kurang lebih 30 kg feses dan urine per hari.

Kehadiran limbah ternak dalam keadaan kering dapat menimbulkan pencemaran yaitu dengan menimbulkan debu. Pencemaran udara di lingkungan penggemukan sapi yang paling hebat ialah sekitar pukul 18.00, kandungan debu pada saat tersebut lebih dari 6000 mg/m3, jadi sudah melewati ambang batas yang dapat ditolelir untuk kesegaran udara di lingkungan (3000 mg/m3) (Lingaiah dan Rajasekaran, 1986). Tinja dan urine dari hewan yang tertular dapat sebagai sarana penularan penyakit, misalnya saja penyakit anthrax melalui kulit manusia yang terluka atau tergores.

Menurut Lingaiah dan Rajasekaran (1986), Permasalahan limbah ternak, khususnya manure dapat diatasi dengan memanfaatkan menjadi bahan yang memiliki nilai yang lebih tinggi. Salah satu bentuk pengolahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan limbah tersebut sebagai bahan masukan untuk menghasilkan bahan bakar bioarang. Kotoran ternak ruminansia sangat baik untuk digunakan sebagai bahan dasar pembuatan bioarang. Oleh karena pada tinja ternak ruminansia, khususnya sapi mempunyai kandungan selulosa yang cukup tinggi. Berdasarkan hasil analisis diperoleh bahwa tinja sapi mengandung 22.59% sellulosa, 18.32% hemi-sellulosa, 10.20% lignin, 34.72% total karbon organik, 1.26% total nitrogen, 27.56:1 ratio C:N, 0.73% P, dan 0.68% K. Kandungan karbon organik yang cukup besar yakni 34.72% sangat baik digunakan untuk pembuatan bioarang. Keberadaan sampah dan limbah yang ada disekitar kita merupakan bagian realita hidup yang harus dihadapi. Pemecahan masalah yang pernah dilakukan oleh banyak ahli untuk mengatasi masalah sampah ini sering kali ,menghasilkan masalah baru. Misalnya tumpukan sampah yang ada dikota-kota besar, ditempatkan pada tempat pembuangan akhir (TPA) yang berada dipelosok daerah. Besarnya volume sampah yang ditumpuk, mengakibatkan sampah dan limbah tersebut menumpuk dan menggunung. Tumpukan sampah yang tinggi dapat menyebabkan terjadinya longsor sampah.Gunungan sampah ini sangat berbahaya bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan tersebut. Usaha yang pernah dilakukan untuk mengatasi sampah ini dengan mengolah sampah menjadi produk daur ulang dan pupuk organik, namun usaha tersebut belum optimal karena keterbatasan tempat untuk pengolahannya. Seperti pada gambar berikut;


Manfaat yang diperoleh dengan pengelolaan sampah yaitu ; penghematan sumber daya alam, penghematan energi, penghematan lahan TPA, dan menciptakan lingkungan yang asri ( bersih, sehan dan nyaman). Solusi yang tepat untuk mengatasi masalah sampah ini adalah dengan mengolah sampah dan limbah organik lainnya menjadi bioarang. Bioarang menjadi sumber energi yang layak untuk dikembangkan dan sisa pembakaran bioarang dapat digunakan sebagai abu gosok, kompos, bahan pembuatan telur asin, atau campuran pembuatan batako. Jadi bioarang selain dapat menjadi sumber energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan juga memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.

Bioarang dan Pemanfaatannya

Bioarang adalah arang yang diperoleh dari pembakaran biomassa kering dengan sistem tanpa udara (pirolisis). Adapun biomassa adalah bahan organik yang berasal dari jasad hidup, baik hewan maupun tumbuh-tumbuhan (Setiawan, 1996). Pirolisis merupakan pembakaran atau pengarangan dengan menggunakan udara terbatas. Pada proses pembakaran terbuka di mana unsur oksigen (O2) terlalu banyak, sisa pembakaran bukan menghasilkan arang, melainkan abu. Pada pembakaran terbuka unsur karbon (C) tidak terikat. Proses pembakaran dengan teknik pembakaran terkendali, di mana oksigen (O­­2) dibatasi. Kayu atau materi yang dibakar tidak akan langsung luruh menjadi abu. Pembakaran akan menghasilkan kristal arang hitam dengan unsur karbon (C) tinggi. Kristal arang hitam pekat inilah yang kemudian lebih dipadatkan lagi dengan bentuk briket bioarang sehingga bisa menghasilkan bara api yang lebih kuat dan tahan lama.

Proses pembakaran pirolisis ini dapat dilakukan dengan menggunakan tanur sebagai pembakarannya, namun harga tanur tersebut dinilai cukup mahal di pedesaan. Oleh karena itu, pembuatan bioarang ini sebaiknya dilakukan dangan produksi skala besar guna menekan biaya produksi. Pembakaran dengan menggunakan tanur dilakukan selama kurang lebih satu jam atau tergantung dengan kadar air yang dikandung oleh bahan yang di pakai. Selain tanur, masyarakat pedesaaanpun bisa membuat pembakaran pirolisis secara sederhana yaitu dengan menggunakan drum bekas atau pipa besi yang besar diameternya. Drum atau pipa tersebut di buka pada satu sisi yang digunakan untuk memasukan atau mengeluarkan bahan, lalu pada sisi terbuka tersebut ditutup dengan rapat pada saat pembakaran dan hanya menyisakan lubang kecil untuk saluran pengeluaran asap dari dalam drum atau pipa. Alat pembakaran pirolisis ini dapat digunakan dengan mudah oleh masyarakat untuk membuat bioarang.

Penggunaan bioarang berbahan baku sampah organik ini dinilai sangat ekonomis. Bahan bakunya bisa disebut sangat berlimpah, yakni sampah-sampah organik yang selalu bertumpuk dengan volume yang terus bertambah. Kita tidak perlu membeli bahan baku sehingga biaya produksi untuk bahan baku sama dengan nol rupiah. Biaya yang diperlukan untuk produksi bioarang terdapat pada biaya penyediaan tempat pembakaran pirolisis yakni tanur atau drum bekas, selain itu biaya tenaga kerja dan transportasi pengangkutan limbah saja yang perlu diperhitungkan. Untuk pemasaran saat ini masih terkendala, hal ini disebabkan belum begitu dikenalnya bioarang sebagai bahan bakar oleh masyarakat. Tapi dengan usaha sosialisasi yang dilakukan, masalah tersebut bisa diatasi misalnya yang dilakukan oleh Ujang Sholikin di Ciamis. Beliau merupakan salah satu produsen bioarang dari limbah organik yang suskes memasarkan produknya.

Patokan harga bioarang perkilogramnya masih bervariasi sesuai dengan besarnya biaya pokok produksi dan keuntungan yang ingin diperoleh. Pada umumnya harga bioarang dipatok sebesar Rp.1300,00 hingga Rp.1900,00. Harga bisa ditekan lebih rendah lagi, jika produksinya bisa massal dan skala besar. Harga ini tentunya memiliki nilai ekonomi yang sangat bagus sehingga pantas untuk dikembangkan. Dan juga dapat menyerap tenaga kerja yang cukup banyak. Jadi dapat mengatasi masalah kesejahteraan dan pengangguran.

Nilai efisiensi 1 kilogram bioarang setara dengan 1,5 liter minyak tanah. Dengan asumsi 1 liter minyak tanah bisa digunakan untuk memasak selama dua jam, sedangkan 1 kilogram bioarang bisa tahan selama 4 – 6 jam. Kalori yang dihasilkan juga cukup tinggi, yakni mencapai lebih dari 6400 kkal/kg. Seperti tabel 1

Tabel 1. Parameter antara minyak tanah dengan bioarang

No

Parameter

Minyak tanah

Bioarang

1

2

3

4

Nilai ekivalen

Memasak selama

Nilai kalori

Harga .

1,5 liter

2 jam

9000 kkal/liter

Rp. 2500,00

1 kilogram

4–6 jam

6400 kkal/kg

Rp.1300,00 -

Nilai konversi bioarang mencapai 10 persen. Artinya, dari bahan 10 – 15 kg sampah organik bisa menghasilkan sekitar 1 – 1,5 kilogram bioarang, bergantung pada jenis sampahnya Makin tinggi kadar air sampah maka makin rendah nilai konversinya menjadi bioarang. Sisa abu pembakaran bioarang dapat digunakan untuk keperluan lain, seperti untuk mencuci piring, abu gosok, kompos, bahan pembuatan telur asin, dan campuran pembuatan batako. Abu sisa pembakaran bioarang memiliki daya rekat yang baik dan teksturnya halus sehingga bisa digunakan untuk bahan campuran pembuatan batako.

Saat ini, produksi bioarang yang dikerjakan pada umumnya masih berskala riset, belum begitu dikomersialkan. Dengan kondisi masyarakat yang masih serba sulit di satu sisi, sementara di sisi lain, sampah begitu menumpuk dan terus bertambah volumenya. Maka optimistis bahwa pengembangan bioarang sebagai sumber bahan bakar alternatif sangat prospektif, baik secara bisnis maupun sebagai sumber bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah. Dengan memanfaatkan sampah untuk bahan bakar berarti ikut menyelesaikan masalah sampah dan kelangkaan minyak sekaligus.


METODE PENULISAN

Lokasi dan Waktu Studi

Studi ini dilakukan di Perpustakaan Pusat Universitas Andalas, Perpustakaan Fakultas Peternakan, Unit Pelaksanaan Teknis Fakultas Peternakan, serta penelusuran informasi dengan media internet pada tanggal 27 Februari 2007 sampai 14 Maret 2007.

Jenis Penulisan

Penulisan karya ilmiah ini menggunakan metode penulisan secara deskriptif. Data yang digunakan dalam karya ilmiah diperoleh lewat studi kepustakaan yaitu literatur dan hasil-hasil ulasan atau hasil-hasil penelitian di internet.

Analisis Data

Informasi atau data dari literatur, informasi dari internet dan pengamatan langsung di lapangan diolah untuk merumuskan permasalahan-permasalahan yang ada mengenai sumber energi alternatif yang merupakan dampak dari kelangkaan dan pengurangan subsidi bahan bakar minyak terutama minyak tanah yang berimbas pada masyarakat. Dengan menawarkan bioarang sebagai energi alternatif tersebut untuk dikembangkan didaerah pedesaan dan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat maka analisis dilakukan untuk mengetahui dan mengkaji kelemahan-kelemahan yang ada kemudian dianalisis juga relevansinya dengan penelitian-penelitian terbaru dari internet. Hasil analisis ialah berupa konsep baru yang dianggap mampu memberikan tingkat keberhasilan dan pemanfaatan yang lebih baik dari sebelumnya.

PEMBAHASAN

Analisis Permasalahan

Kebutuhan akan energi tidak bisa lepas dari manusia. Sumber energi utama masyarakat adalah minyak tanah untuk keperluan memasak sangat tinggi, hal ini disebabkan harga minyak tanah cukup terjangkau oleh masyarakat. Harga yang murah tersebut merupakan subsidi pemerintah demi kesejahteraan masyarakat. Namun sejak kenaikan harga BBM per Oktober 2005 lalu, kemampuan masyarakat dalam membeli minyak tanah semakin melemah. Pencabutan subsidi bahan bakar minyak di satu sisi merupakan musibah karena akan menaikkan biaya produksi. Namun, di sisi lain menjadi berkah karena akan menghidupkan kembali upaya mencari sumber energi alternatif yang terbarukan.

Pada daerah pedesaan, masyarakat kembali menggunakan kayu bakar sebagai bahan bakar untuk memasak, dan bagi meraka yang tinggal di dekat kawasan hutan berusaha mencari kayu bakar, baik dari ranting-ranting kering dan tidak jarang pula menebangi pohon-pohon di hutan yang terlarang untuk ditebangi, sehingga lambat laun mengancam kelestarian alam di sekitar kawasan hutan.

Di lain sisi, pencemaran lingkungan yang semakin mengkhawatirkan perlu segera diatasi. sampah dan limbah ternak merupakan salah satunya. Tumpukan sampah setiap harinya semakin bertambah, bahkan menggunung. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh limbah seperti gangguan kesehatan, pencemaran udara dan limbah yang menggunung dapat menyebabkan longsor yang membahayakan manusia. Hal yang perlu dikembangkan dalam setiap insani anggota masyarakat adalah bagaimana caranya menjadikan limbah sebagai objek yang memberikan manfaat bagi manusia dan lingkungannya?

Alternatif Pemecahan Masalah

Dari analisis masalah yang ada, perlunya pencarian sumber energi alternatif yang dapat mensubtitusi minyak tanah dengan sumber energi alternatif yang murah dan ramah lingkungan. Saat ini telah banyak penelitian yang dilakukan untuk mencari energi alternatif dan sudah mulai untuk di kembangkan namun belum mendapat respon yang memuaskan dari masyarakat, mungkin hal ini disebabkan kurang informasi yang diterima oleh masyarakat akan keberadaan dan pemanfaatan energi tersebut dan atau kemungkinan sikap defensif atau pola sikap enggan masyarakat menerima bioarang yang disebabkan faktor “kemanjaan” masyarakat yang sudah terbiasa dengan minyak tanah, karena relatif mudah pemakaiannya.

Pemecahan masalah yang dapat dilakukan saat ini adalah :

  1. Menemukan metode pemanfaatan bioarang yang murah dan mudah penggunaanya.
  2. Menemukan teknologi sederhana yang aplikatif dan efektif dalam memproduksi bioarang secara massal.

Dengan mengatasi permasalahan lewat alternatif solusi tersebut diharapkan dapat mengurangi ketergantungan masyarakat dalam menggunakan minyak tanah dan beralih pada bioarang. Walaupun disadari bahwa penggunaan bahan bakar biologi tidak dapat mengganti sepenuhnya bahan bakar fosil karena luas lahan tidak cukup tersedia. Namun, konversi bioarang dari berbagai sumber (termasuk limbah) dapat menjadi sumber energi alternatif sehingga akan mengurangi ketergantungan pada minyak. Tantangan saintis tidak hanya menemukan cara baru menghasilkan bahan bakar yang bermanfaat tetapi juga membantu politisi agar membuat kebijakan bahan bakar yang berbiaya rendah.

Pemecahan Masalah

1. Proses Pembuatan Bioarang

Bahan baku

Kotoran ternak, tempurung kelapa, kulit padi (sekam), eceng gondok, serbuk gergaji, daun-daunan kering, limbah organik, limbah pasar, kulit kopi, teh, tebu, dan lain-lain.

Proses Pembuatan

    1. Limbah organik dikumpulkan.
    2. Dimasukan ke dalam tanur untuk dibakar menjadi arang dengan teknik pembakaran dengan udara terbatas (pirolisis), selama satu jam.. Pembakaran berakhir dengan ditandai dengan habisnya asap hitam.
    3. Didinginkan dengan cara khusus sampai api padam (biasanya disemprot dengan air secukupnya). Dikeringkan untuk beberapa saat.
    4. Dimasukan arang ke mesin penggiling atau ditumbuk sampai halus.
    5. Hasil tumbukan diayak.
    6. Arang hasil ayakan diaduk (mixer) dengan komposisi air yang tepat, dapat digunakan tepung tapioka atau tanah liat agar mudah dibentuk.
    7. Dicetak dan dipres agar padat dan keras.
    8. Dikeringkan dengan cara dijemur atau di oven.
    9. Packaging dan siap pakai.

2. Kompor/Tungku bioarang

Penggunaan bioarang harus dilengkapi dan disiapkan kompor atau tungku, jenis dan ukuran kompor/tungku harus disesuaikan dengan kebutuhan. Peralatan tungku yang digunakan untuk keperluan bahan bakar bioarang relatif lebih murah dan lebih mudah dalam perawatannya. Jenis tungku yang digunakan terbuat dari tanah liat yang dibentuk sedemikian rupa. Biasanya berbentuk kubah dengan atap terbuka dan terdapat bagian sisi yang terbuka untuk tempat memasukan bioarang dan bisa di buka tutup. Jenis tungku ini sudah dikenal sejak lama dalam masyarakat tradisional Indonesia. Persyaratan Kompor/tungku harus memiliki :

a. Ada ruang bakar untuk bioarang.

b. Adanya aliran udara (oksigen) dari lubang bawah menuju lubang atas dengan melewati ruang bakar briket yang terdiri dari aliran udara primer dan sekunder
c. Ada ruang untuk menampung abu briket yang terletak di bawah ruang bakar briket.

3. Keunggulan Bioarang

Adapun keunggulan yang terdapat pada bioarang antara lain :

  1. Cara pembuatan bioarang ini relatif mudah, murah dan dalam waktu singkat.
  2. Panas yang tinggi, kontinyu dan stabil sehingga sangat baik untuk pembakaran yang lama.
  3. Tidak beresiko meledak seperti gas dan minyak tanah meleduk.
  4. Tidak mengeluarkan suara bising serta tidak berjelaga.
  5. Volume asap yang dikeluarkan briket sampah sedikit.
  6. Sumber berlimpah dan dapat diproduksi secara massal dalam waktu singkat.
  7. Bioarang lebih aman bagi kesehatan. Bioarang tidak menghasilkan emisi karbonmonosida(CO), Nitromonoksida (NO), atau sulfur (SO) saat dibakar karena tidak berbasis fosil. Bandingkan dengan batubara yang mengeluarkan emisi CO sekitar 106 ppm selama 2 – 3 jam pembakaran
  8. Pembuatan bioarang dengan bahan baku limbah organik dalam skala besar mampu mengatasi masalah pencemaran lingkungan.
  9. Pemakaian bioarang sangat mudah dan bentuknya bisa di cetak seragam.
  10. Bioarang lebih mudah dihidupkan/dibakar dan dipadamkan.
  11. Energi yang dihasilkan cukup tinggi dan pengunaannya dapat dikontrol.

Dari segi aroma, briket sampah tidak jauh berbeda dengan bau khas arang yang dibakar. Bahkan masyarakat daerah tertentu, seperti masyarakat pedesaan lebih menyukai menggunakan bahan bakar nonminyak dengan alasan perbedaan rasa dan aroma. Secara ekonomi pun bioarang memiliki keunggulan yang lebih jika dibandingkan dengan jenis bahan bakar. Dengan asumsi memasak selama dua jam maka di dapat perbandingan beberapa jenis bahan bakar seperti tabel. 2 berikut ;

Tabel 2. Perbandingan nilai ekonomis beberapa jenis bahan bakar

No

Jenis Bahan Bakar

2 Jam Memasak

Harga Bahan Bakar

Keterangan

1

Minyak tanah

1 liter

Rp. 2500,-

(harga kompor Rp.20.000–Rp.100.000,-)

2

Bioarang

0,5 kg

Rp. 650,-
(harga kompor Rp.25.000–Rp.130.000,-)

3

Biogas

20 kg

Rp. 0,-

berasal dari kotoran sapi, harga reaktornya Rp.1.500.000,- 

4

Briket batubara

1,8 kg briket

Rp. 1620,-
(harga kompor Rp.30.000–Rp.200.000)

5

Gas kota

1 kW*2h = 4,2 kWh

0,23 Euro

(Rp.2747)

kondisi Jerman, asumsi: 
1 Euro =Rp.12.000,-
harga gas 5,45 ct/kWh, 
1kWh listrik = 1,4 kWh energi gas

6

Biomassa Kayu ”kampung"

2 ikat

Rp. 2400,-

7

Kayu ”bekas bangunan"

1,5 kg

Rp. 2250,-

8

Blotong

1/60 dari 1 bak

Rp. 833,-

sampah produksi di pabrik gula, dijual per 1 truk mini seharga Rp. 50.000,-

9

Listrik

1200 W*2h = 2,4 kWh

0,38 Euro

(Rp.4.596,-)

harga listrik 15,96 ct/kWh

kondisi Jerman, asumsi: 1Euro=Rp.12.000,-

10

Gas- Elpiji

1,2 kg

Rp.7.000,-

asumsi harga per Tabung Rp.70.000,-

asumsi : 12 kg gas elpiji untuk 2 jam memasak terpakai habis dalam 10 hari

                         
 
Terlihat dari tabel di atas untuk kasus di Indonesia dilihat dari nilai ekonomis, bahan bakar bioarang dan biogas paling murah, dan elpiji paling mahal. Hal penting disimak adalah anggapan tidak benar bahwa memasak dengan kayu pada harga sekarang lebih murah dibandingkan dengan minyak tanah pada harga dasar pemerintah.
Karena memasak dengan 1 liter minyak tanah sama dengan memasak dengan 2 ikat kayu kampung. Bila asumsi untuk memasak selama 2 jam dibutuhkan 1,2 kg gas elpiji, maka harga memasak dengan elpiji di Indonesia lebih mahal dari memasak pakai listrik atau gas kota di Jerman di atas satu pelat/sumber panas. Sedangkan memasak dengan menggunakan bioarang selama dua jam yang hanya menghabiskan 0,5 kg bioarang dengan asumsi harga Rp. 1.300,00 per kilogram.
 

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

a. Bioarang bisa digunakan sebagai sumber bahan bakar alternatif pengganti minyak tanah.

b. Harga pasaran bioarang untuk masyarakat lebih murah dibandingkan dengan minyak tanah dan jenis bahan bakar lainnya.

c. Bahan pembuatan bioarang dengan menggunakan limbah organik yang berlimpah dapat mengatasi masalah pencemaran lingkungan dan ramah lingkungan.

d. Secara ekonomis, bioarang memiliki potensi bisnis yang sangat menguntungkan dan dapat mensejahterakan masyarakat.

e. Konversi bioarang dari berbagai sumber (termasuk limbah ternak dan sampah) dapat menjadi sumber energi alternatif sehingga akan mengurangi ketergantungan masyarakat pada minyak

f. Peranan pemerintah cukup besar dalam upaya membantu produsen dalam meningkatkan produksi bioarang dan sosialisasi penggunan bioarang kepada masyarakat.

V.2 Saran

Saran yang dapat diberikan oleh penulis, yaitu potensi bioarang sebagai sumber bahan bakar sangat potensial maka tindak lanjut dan pengembangan bioarang sebagai energi bahan bakar perlu ditingkatkan lagi. Masih perlunya penelitian yang lebih lanjut tentang bioarang antaranya; kandungan bahan kimia yang terdapat pada bioarang, upaya meningkatkan energi yang dihasilkan serta subtitusi bioarang terhadap kebutuhan energi lainnya.