<<< Lembaga Kajian Ilmiah Mahasiswa >>>

::Wilujeung Sumping di Weblog LKIM UNAND Padang::. Semoga site gratisan ini bukan hanya menambah literatur-literatur dalam dunia kepenulisan, tetapi juga lebih khusus untuk menambah khazanah keilmuan science dan keislaman, karena di masa kebangkitan seperti sekarang ini (menurut sejarah islam) yang sebelumnya Islam di Andalusia (Spanyol) begitu kuat dan hebatnya, harus tunduk dan hancur oleh kaum Hulagu dari bangsa Bar-Bar, oleh karena itu kita pun di harapkan untuk selalu berkarya, baik melalui dunia kepenulisan, dunia jurnalistik maupun yang lainnya, karena memang tidak bisa kita pungkiri bahwa Islam khususnya yang ada di Indonesia ini sangat butuh dengan orang-orang yang profisional dalam bidangnya masing-masing. Nah...site ini pun tampil untuk menunjukkan bahwa kami ingin menambah khazanah keislaman dalam berkarya, walaupun hanya sebutir debu di padang pasir, tetapi akan sangat bermakna jika kita mendalaminya, Amin

Minggu, 20 Juni 2010

MANFAAT INTANGIBLE FICUS BENJAMINA VAR VARIGATA (BERINGIN PUTIH)

Latar Belakang
Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki hutan tropik cukup luas, berdasarkan data yang kami temui, luas hutan tropis Indonesia menduduki peringkat ketiga dunia, sehingga tidak salah kemudian Indonesia dianggap memiliki peran penting sebagai paru-paru dunia.
Pembangunan kehutanan di Indonesia saat ini hendaknya sudah tidak lagi berorientasi kepada manfaat ekonomi secara langsug (tangible) dari hutan, namun seyogyanya sudah harus mengarah kepada nilai/manfaat intangible (manfaat yang tidak dapat dihitung secara nyata/langsung) dari hutan, ini sesuai dengan beberapa kali pidato menteri kehutanan periode sebelum ini (MS Kaban) bahwa manfaat hutan berupa kayu hanya 5 % dari nilai total ekonomi sumber daya hutan.
Fenomena-fenomena alam yang terjadi saat ini berupa global warning yang terlihat dari meningkatnya tinggi permukaan laut, perubahan iklim, meningkatnya suhu bumi, efek rumah kaca, hujan asam, banjir dan lain sebagainya, berdasarkan ungkapan beberapa ahli dikaitkan dengan laju deforestasi yang cukup tinggi akibat pembangunan di berbagai sektor, sehingga hutan yang ada saat ini sudah tidak lagi mampu memainkan perannya sebagai penyeimbang iklim di bumi.
Sadar akan bentuk fenomena alam yang terjadi di atas, beberapa negara maju dan organisasi negara didunia sudah beberapa kali membicarakan bagaimana mencarikan solusi dan jalan keluar permasalahan tersebut, mulai dari pertemuan internasional yang dilaksanakan seperti di Kyoto Jepang, pertemuan International COP 13 United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada akhir Desember 2007 lalu di Bali sampai dengan terakhir di Covenhagen. Dari beberapa kali pertemuan tersebut menghasilkan kesepakatan untuk meluncurkan program penyelamatan hutan tropis didunia antara lain dengan apa yang disebut Reducing Emissions from Deforestation and Degradition (REDD) dan Clean Development Mechanism (CDM).
Program REDD dan CDM tersebut di atas, pada intinya merupakan pemberian insentif dari negara maju/negara industri yang terlebih dahulu menghabiskan hutannya untuk berbagai kepentingan pembangunan, kepada negara berkembang/negara yang masih mempunyai hutan tropis yang cukup luas (Brazil, Kostarika, Indonesia dan Papua Nugini) untuk dipergunakan dalam upaya menurunkan laju deforestasi dan degradasi hutannya sehingga hutan kembali mampu mamainkan perannya sebagai penyerap karbon dan penyeimbang iklim serta pengatur hidrologi.
Walaupun program penting tersebut di atas baru dalam taraf usulan dan bersifat sukarela dari negara-negera maju, dan dengan segudang kompleksitas permasalahan politis dan teknis pada pelaksanaanya, kita patut bersyukur dengan ditunjuknya Indonesia sebagai pilot project pelaksanaan REDD, sehingga segala upaya kearah mendukung persiapan program tersebut mesti kita gali, salah satunya penulis mencoba melihat berbagai potensi yang terdapat dari jenis-jenis Ficus spp dalam pelestarian ekologi.
Ficus benjamina var varigata merupakan salah satu spesies di bumi yang dapat dikembangkan untuk mendukung pembangunan kehutanan yang bersifat intangible, karena dari karakteristik jenis Ficus benjamina var varigata memberikan manfaat yang cukup besar terhadap kelestarian lingkungan, mulai dari perakarannya, struktur tajuk sampai filosofi dan nilai budaya/religi.

Belakangan pohon jenis Ficus benjamina var varigata ini sudah banyak dilupakan, apalagi bagi mereka yang hanya menilai potensi utama hutan berasal dari kayu dan selalu mengusahakan nilai komersil secara terus menerus dari kayu, menganggap Ficus benjamina var varigata kurang memiliki nilai ekonomis, karena bentuk batangnya yang tidak beraturan dan tidak tegak lurus. Padahal dibalik itu terdapat manfaat yang tidak ternilai dari beberapa jenis Ficus benjamina var varigata terhadap aspek ekologi, estetika dan religi/ sosial budaya.
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, penulis mencoba menguraikan secara ringkas beberapa peran dan fungsi dari jenis Ficus benjamina var varigata yang tidak ternilai harganya ini bagi kelangsungan mahkluk hidup di muka bumi.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Ficus benjamina var varigata di sebut juga dalam nama lokal di Indonesia dengan beringin putih. Merupakan salah satu dari jenis ficus spp yang berasal dari famili Moraceae, dengan ukuran pohon yang besar dan kanopi yang lebar, daun, cabang dan batangnya mengeluarkan getah kental berwarna keputihan.
Seperti halnya jenis Ficus spp yang lain, Ficus benjamina var varigata (Beringin Putih) juga memiliki akar napas atau akar gantung yang keluar dari cabangnya dan menjulur kebawah. Dimana ketika mencapai tanah akar tersebut akan tumbuh membesar menjadi batang yang menopang cabang di atasnya. Pohon ini berkembang biak secara generatif melalui biji yang ada pada buahnya, serta merupakan tanaman yang menggugurkan daunnya selama musim kering (Swestiani D. dan A. Sudomo, 2009)
Klasifikasi tumbuhan jenis Ficus benjamina var varigata (www.plantamor.com) yakni :
a. Kingdom : Plantae (Tumbuhan)
b. Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
c. Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
d. Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
e. Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
f. Sub Kelas : Dilleniidae
g. Ordo : Urticales
h. Famili : Moraceae (suku nangka-nangkaan)
i. Genus : Ficus
j. Spesies : Ficus benjamina var. varigata

Salah satu lembaga penelitian penyakit kanker dibawah naungan Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada (CCRC-Farmasi UGM, 2009) menyebutkan bahwa morfologi tumbuhan Beringin Putih (Ficus benjamina var varigata) yakni :
 Batang : Pohon, tinggi 20-25 m, Batang tegak, bulat, percabangan simpodial, permukaan kasar, pada batang tumbuh akar gantung, coklat kehitaman.
 Daun : Tunggal, bersilang berhadapan, lonjong, tepi rata, ujung runcing, pangkal tumpul, panjang 3-6 cm, lebar 2-4 cm, bertangkai pendek, pertulangan menyirip, hijau.
 Bunga : Tunggal, di ketiak daun, tangkai silindris, kelopak bentuk corong, hijau, benang sari dan putik halus, kuning, mahkota bulat, halus, kuning kehijauan.
 Buah : Buni, bulat, panjang 0,5-1 cm atau sebesar biji kacang tanah dan jika dibelah didalamnya terdapat ribuan butir biji-biji kecil, masih muda hijau setelah tua merah .
 Biji : Bulat, keras, putih, ukuranya hampir sama dengan sebutir pasir halus di pantai
 Akar : Tunggang, coklat





Gambar 2. Daun Beringin Putih
Gambar 1. Pohon Beringin Putih
Beringin putih merupakan tanaman yang memiliki struktur perakaran yang dalam dan kuat serta akar lateral yang mencengkram tanah dengan baik, memiliki kemampuan hidup dan beradaptasi dengan bagus pada berbagai kondisi lingkungan, mampu hidup di berbagai macam kondisi lingkungan yang ekstrim, salah satunya adalah diatas batu. Beringin putih juga merupakan tanaman yang memiliki kemampuan hidup sangat lama atau umur sangat tua, dengan tenggang waktu sampai ratusan tahun (Ulum, S. 2009).
Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya, yang satu dengan yang lain tidak dapat dipisahkan (Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan).
Dari definasi hutan tersebut di atas, terdapat unsur-unsur yang meliputi :
a. Satu kesatuan ekosistem
b. Berupa hamparan lahan
c. Berisi sumber daya alam hayati beserta alam lingkungannya yang tidak dipisahkan satu dengan yang lainnya.
Hutan adalah sebuah kawasan yang ditumbuhi dengan lebat oleh pepohonan dan tumbuhan lainnya, berfungsi sebagai penampung karbon dioksida, habitat hewan, modulator arus hidrologika, serta pelestari tanah, dan merupakan salah satu aspek biosfir bumi yang paling penting (http://id.wikipedia.org/wiki/hutan).
Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu (Undang-Uandang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan).

Dari tolak ukur ekonomi manfaat hutan dapat dibedakan menjadi manfaat tangible yakni manfaat yang ditimbulkan secara nyata dalam ekonomi seperti manfaat kayu, non kayu dll, dan manfaat intangible yakni manfaat yang tidak ditimbulkan secara nyata/tidak dapat dihitung secara langsung (Swestiani D. dan A. Sudomo, 2009).
Ekologi berasal dari bahasa Yunani, yang terdiri dari dua kata, yaitu oikos yang artinya rumah atau tempat hidup, dan logos yang berarti ilmu. Ekologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari baik interaksi antar makhluk hidup maupun interaksi antara makhluk hidup dan lingkungannya. Sehingga ekologi berkepentingan dalam menyelidiki interaksi organisme dengan lingkungannya.













BAB IV
MANFAAT INTANGIBLE
FICUS BENJAMINA VAR VARIGATA

Setiap jenis pohon di permukaan bumi mengandung manfaat yang cukup besar yang terkadang tidak kita sadari, salah satunya jenis Ficus benjamina var varigata, dalam bahasa lokal di Indonesia disebut juga beringin putih yang memiliki manfaat tidak ternilai bagi kelestarian lingkungan/ekologi, seperti sebagai hidrologi, konservasi flora dan fauna, biofarmaka, sosial budaya dan religi.
IV.1 Nilai Hidrologis dan Konservasi Tanah
Salah satu ciri Ficus benjamina var varigata, yang juga terdapat pada umumnya jenis Ficus spp, memiliki akar bergantungan sampai ke bumi dan struktur perakaran yang dalam dan kuat serta akar lateral yang mencekram tanah dengan baik, hal ini memberikan kontribusi yang besar terhadap pengaturan tata air.

.
Gambar 3. Struktur perakaran Ficus spp


Dengan sistem perakaran beringin putih di atas, yang yang mencapai radius yang cukup jauh dari batang, sangat cocok di tanam pada lahan-lahan yang miring dan lereng, sebab daya dukung lahan akan semakin kuat dengan pengaruh cengkraman akar sehingga juga mengurangi adanya bahaya tanah longsor dan erosi tanah.
Karena beringin putih merupakan tanaman yang mampu hidup di berbagai macam kondisi lingkungan yang ekstrim, seperti diatas batu maka dengan akar yang kuat tanaman tersebut mampu mecengkram batu yang besar dan menahannya agar tidak jatuh ke bawah sehingga mencegah terjadinya longsor.
Kondisi tajuk dan daun yang lebat menyebabkan air hujan yang jatuh tidak langsung mencapai tanah sehingga berpengaruh baik terhadap laju infiltrasi dan run off .
Dengan sifat beringin putih yang menggugurkan daun atau jatuhan serasah yang banyak menyebabkan biomassa yang bersifat seperti spons dalam menyerap dan menyimpan air tanah artinya tanaman ini mampu menyimpan cadangan air pada musim penghujan dengan baik dan mengeluarkannya pada musim kemarau secara teratur sehingga hampir di setiap daerah sekitar tanaman beringin putih nyaris tidak pernah mengalami kekurangan air, karena air dapat tersimpan dengan baik didalam tanah dan tanaman itu sendiri.
Selain itu dengan jatuhan serasah yang banyak mengakibatkan tanah memiliki kandungan bahan organik yang banyak sehingga dapat menghasilkan unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Maka sangat memungkinkan memilih penanaman beringin putih untuk tujuan konservasi tanah dan air.


IV.2 Manfaat Konservasi Flora dan Fauna
Beringin putih merupakan jenis spesies kunci, tumbuhan ini sangat penting artinya kerena merupakan “perekat” kebersamaan dalam kelompok ekologi. Dan jika spesies kunci ini punah, maka mengakibatkan kepunahan jenis lain baik hewan dan tumbuhan yang nilainya tidak terhitung (Whitten, 2002. dalam Swestiani D. dan A. Sudomo, 2009).
Alasan beringin putih dikatakan spesies kunci diantaranya karena buahnya mendukung populasi beberapa vertebrata selama pohon lain tidak berbuah. Tidak seperti sebagian besar pohon dan liliana lain pada hutan tropis, buah pohon beringin putih masak tidak berdasarkan musim, disaat tanaman lain belum berbuah beringin putih mampu menghasilkan buah yang melimpah.
Dengan struktur tajuk yang rapat dan lebat, menjadikan pohon beringin putih terlindung dari sinar terik matahari dan menciptakan kondisi udara yang sejuk. Hal ini merupakan surga bagi beberapa jenis serangga dan burung. Salah satu jenis serangga yang dijumpai adalah Tawon ficus (Blasthopaga quadraticeps), yang menggunakan pohon ini untuk berproduksi dan bersarang.
Gambar 4.
Struktur tajuk yang lebat dan rapat beringin putih.


Dengan adanya buah yang melimpah, pohon yang rindang dan sejuk ditambah dengan adanya serangga, menjadikan beringin putih merupakan tempat yang sangat disukai beberapa jenis burung, seperti burung pemakan buah dan biji yakni Punai Gading (Treron Vernans) dan Kepudang Kuduk Hitam (Oriolus chinensis). Burung pemakan ulat atau tawon ficus yakni Cipoh Kacat (Aegithina thipia) dan Walet Sapi (Callocalia esculenta), sedangkan burung yang suka bersarang di pohon ini adalah Kutilang (Pycnonotus aurigaster) dan Trocokan ((Pycnonotus goiavier).
Bahkan ada salah satu jenis burung di Pulau Sulawesi yakni Rangkong (Aceros cassidix) menjadikan pohon ini sebagai tempat bersarang, berproduksi dan sumber makanan. Burung rangkong ini juga berperan besar dalam penyebaran biji pada hutan hujan tropis, karena burung rangkong dapat terbang dengan jarak yang cukup jauh.
Burung Madu Sriganti (Nectariniajugalaris) serta Cabai Jawa (Dicaeum trochileum) mencari makan di benalu yang tumbuh pada pohon beringin putih (Anonim, 2003 dalam Swestiani D. dan A. Sudomo, 2009). Ada beberapa jenis mamalia yang mengunjungi pohon beringin putih seperti orang utan, siamang, dan berbagai macam kera, dan beruang madu (Whitten, 2002 dalam Swestiani D. dan A. Sudomo, 2009).
IV.3 Hutan Kota dan Estetika
Pada beberapa pusat kota di Pulau Jawa, terdapat pohon beringin putih terutama di alun-alun, bahkan di perkarangan istana kepresidenan Republik Indonesia di Bogor terdapat beberapa pohon beringin putih yang cukup besar yang berfungsi sebagai hiasan taman dan tanaman pelindung.
Penanaman pohon besar disepanjang jalur hijau jalan, bantaran rel kereta api, jalur tegangan tinggi, serta jalur tepian air bantaran kali, situ, waduk, tepian pantai, dan rawa-rawa akan membentuk infrastruktur hijau raksasa yang berfungsi ekologis. Kota pohon akan memberikan keteduhan kepada pejalan kaki, dan penunggang sepeda (Joga, 2008 dalam dalam Swestiani D. dan A. Sudomo, 2009).
Berbagai penelitian menyebutkan 1 hektar Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang dipenuhi pohon besar menghasilkan 0,6 ton O2 untuk 1.500 penduduk setiap hari, menyerap 2,5 ton CO2/tahun (6 kg CO2/batang per tahun), menyimpan 900 m3 air tanah/tahun, mentransfer air 4.000 liter/hari, menurunkan suhu 5ºC - 8ºC, meredam kebisingan 25-80 % dan mengurangi kekuatan angin 75-80%. 4 pohon dewasa (tinggi 10 m ke atas, diameter batang lebih dari 10 cm, tajuk lebar dan berdaun lebat) dapat menyerap gas emisi yang dikeluarkan oleh setiap mobil (Joga, 2008 dalam Swestiani D. dan A. Sudomo, 2009).
Pemilihan penanaman beringin putih pada hutan kota sangatlah tepat, karena disamping sangat baik untuk pengaturan tata air, pencegahan bahaya erosi dan banjir, tingkat strata tajuk yang lebat dan padat dapat berpengaruh mengurangi/meredam kebisingan, angin dan terik sinar matahari sehingga menurunkan suhu kota.
Dalam rangka mengantisipasi pemanasan global atau meningkatnya suhu bumi, dan mendukung program-program internasional sperti REDD dan CDM, maka pengkayaan jenis beringin putih sudah menjadi keharusan. Jenis Ficus benjamina var varigata memiliki kemampuan menyerap karbondioksida yang tinggi, yakni sebanyak 535,90 kg/pohon/tahun., dibanding kayu komersial lainnya seperti Jati (Tectona grandis) yang hanya mampu menyerap karbondioksida sebanyak 135,27 kg/pohon/tahun (Duryatmo, 2008. dalam Swestiani D. dan A. Sudomo, 2009).
Disamping manfaat di atas, beringin putih juga memiliki nilai estetika yang cukup tinggi, sehingga tidak sedikit para pengrajin tanaman hias menjadikan beringin putih sebagai salah produk bonsai dan tanaman hias yang mempunyai harga jual cukup tinggi.


Gambar 5.
Tanaman Hias Beringin Putih








Gambar 6. Tanaman Hias Beringin Putih

IV.4 Manfaat Biofarmaka
Tanaman beringin putih dapat menjadi komoditi biofarmaka karena memiliki kandungan kimia pada akar berupa asam amino, fenol, gula dan asam orange (Dalimartha S, 2005).

Penyakit yang dapat diobati dari pohon beringin putih antara lain Pilek, demam tinggi, radang amandel (tonsilitis), nyeri rematik sendi, luka terpukul (memar), influenza, radang saluran napas (bronkhitis), batuk rejan (pertusis), malaria, radang usus akut (acute enteritis), disentri, kejang panas pada anak (www.AsianBrain.com).
Bagian yang digunakan dari pohon beringin putih adalah akar udara dan daun dengan terlebih dahulu sebelum digunakan dicuci lalu dikeringkan (Dalimartha S, 2005), yakni :
a. Akar udara bermanfaat untuk mengatasi:
- pilek, demam tinggi,
- radang amandel (tonsilitis),
- nyeri pada rematik sendi, dan
- luka terpukul (memar).
b. Daun bermanfaat untuk mengatasi :
- influenza,
- radang saluran napas (bronkitis), batuk rejan (pertusis),
- malaria,
- radang usus akut (akut enteritis), disentri, dan
- kejang panas pada anak.
Suatu lembaga pengobatan penyakit kanker di bawah naungan Fakultas Farmasi Universitas Gajah Mada (CCRC-Farmasi UGM, 2009) mengungkap bahwa, dewasa ini beringin putih maupun saga banyak digunakan dalam ramuan tradisional untuk pengobatan kanker. Berdasarkan data empiris yang ada, kedua tanaman tersebut memang sudah terbukti mampu mengobati atau mencegah kanker. Beringin putih dan saga mempunyai kandungan yang sama yaitu saponin, flavanoid, dan alkaloid yang mampu menghambat laju pertumbuhan sel kanker namun tidak dapat membunuh sel kanker (agen kemopreventif).
IV.5 Nilai Sosial Budaya dan Religi
Beringin putih merupakan tanaman yang memiliki nilai budaya dan religi yang tinggi bagi masyarakat Indonesia. Keberadaan tanaman ini pada suatu tempat biasanya selalu identik sebagai tempat yang memiliki daya magis yang tinggi. Pohon ini juga dijadikan sebagai tanaman suci bagi sebagian masyarakat Indonesia, terutama buat umat Budha dan beberapa aliran kepercayaan.
Kondisi dibawah pohon beringin putih yang berhawa sejuk, oleh sebagian masyarakat Indonesia merupakan tempat cocok untuk melakukan kegiatan-kegiatan ritual budaya. Sering ditemukan banyak aneka rupa sesaji diletakkan di bawah pohon beringin yang berukuran besar dan berusia ratusan tahun. Pohon beringin dipercaya sebagai tempat bersemayamnya berbagai macam mahluk halus, sehingga banyak masyarakat menjadikan pohon tersebut sebagai tempat pemujaan.
Pohon beringin putih memiliki story dan falsafat hidup yang tinggi, merupakan pohon bodi yang tumbuh di surga. Ini tidak terlepas dari cerita keberadaan pohon beringin itu sendiri yakni legenda Dewi Parwati yang karena kesalahannya dihukum oleh suaminya Dewa Siwa selama 8 tahun untuk membersihkan diri di kuburan dalam wujud Dewi Durga.
Setelah menjalani masa hukuman, Dewa Siwa turun ke dunia menjemput Parwati yang saat itu berwujud raksasa Dewi Durga. Siwa pun berubah wujud menjadi raksasa bernama Kala Engket. Rasa rindu ini menimbulkan kama atau nafsu antara Siwa dan Durga. Disebutkan dari kama ini tumpahlah air mani Siwa, yang jatuh di badan Durga berubah wujud menjadi bhutakala-bhutakali (raksasa), makhluk halus (jin-jin) dan setan. Yang tumpah di tanah menjadi pohon kepuh, pohon beringin putih, pohon pule.
Ketiga pohon tersebut merupakan pohon sakral di Bali maupun Jawa seperti pule batang kayunya dipakai untuk topeng barong/rangda. Sedangkan pohon beringin putih, daunnya dipakai sarana saat upacara ngaben, upacara mamukur (kelanjutan ngaben), komponen pembuatan penjor (tiang bambu yang dihias janur saat hari Galungan) dan ritual-ritual lainnya.
IV.6 Nilai Keamanan Kawasan Hutan.
Selain dianggap sebagai pohon suci oleh umat Budha, pohon beringin putih juga dianggap sebagai “pohon hantu” oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Pohon ini dipercaya merupakan tempat tinggal berbagai jenis mahluk halus. Masyarakat beranggapan bahwa dengan mengganggu beringin berarti mereka juga telah mengganggu mahluk halus yang ada di dalam pohon tersebut. Sehingga sebagian besar masyarakat tidak berani untuk mengganggu keberadaan pohon tersebut.
Keberadaan pohon beringin putih mampu meningkatkan keamanan kawasan hutan tempat pohon tersebut berada. Hal tersebut dikarenakan keberadaan pohon beringin pada suatu kawasan hutan mampu meningkatkan daya magis untuk kawasan tersebut. Kawasan hutan yang bervegetasikan pohon beringin putih akan dianggap sebagai hutan yang angker. Bahkan tidak jarang kawasan hutan yang bervegetasikan pohon beringin dijadikan sebagai “hutan larangan” oleh masyarakat sekitar hutan. Hutan larangan merupakan kawasan hutan yang tidak boleh dimasuki secara bebas oleh masyarakat. Hal ini biasa muncul dari mitos-mitos atau legenda yang berkembang dalam komunitas masyarakat sekitar hutan.
Dengan status angkernya, masyarakat sekitar hutan biasanya akan merasa takut untuk memasuki kawasan hutan yang terdapat pohon beringinnya. Sehingga secara tidak langsung dengan tidak adanya masyarakat yang masuk kedalam kawasan hutan, maka kawasan hutan tersebut akan aman dari kegiatan perusakan hutan oleh manusia. Selain itu, beringin juga merupakan tanaman berkayu yang tidak diproduksi sebagai bahan bangunan. Sehingga beringin tergolong tanaman yang tidak akan dicuri atau di tebang oleh para pencuri kayu.
Pengamanan hutan oleh hutan sendiri merupakan sebuah pola pengamanan hutan terbaik dan terefektif. Dengan pola pengamanan seperti itu, tidak akan terjadi konflik sosial atau korban jiwa dalam kegiatan pengaman hutan. Pengelola hutan juga akan sangat terbantu baik dari segi tenaga maupun biaya dalam kegiatan pengamanan kawasan hutan.












BAB V
REKOMENDASI

Beringin putih (Ficus benjamina var varigata.) merupakan salah satu spesies yang memiliki nilai ekologi sangat tinggi, selain berfungsi sebagai pencegah erosi tanah dan penyimpan cadangan air juga merupakan tanaman yang sangat disukai sebagai habitat satwaliar.
Pohon ini merupakan sumber pakan dan bersarang untuk beberapa jenis burung, serangga, reptilia, ampibia dan mamalia. Akar gantung pohon beringin selain bisa digunakan untuk pengobatan berbagai penyakit juga merupakan tempat bermain untuk beberapa jenis primata.
Pada kawasan hutan hujan tropis tanaman dibiarkan tumbuh secara alami tanpa bantuan manusia seperti halnya pohon beringin putih dapat tumbuh dengan sendirinya. Karena proses penyebarannya di alam merupakan peran dari satwaliar yang memakan bijinya. Satwa yang berperan besar dalam proses penyebaran beringin di alam adalah beberapa jenis burung pemakan biji dan primata.
Pada pohon beringin terjadi suatu interaksi biotik yang sangat komplek. Interaksi tersebut merupakan hubungan simbiosis mutualisme antara sesama spesies yang ada di situ. Sehingga dapat dikatakan, pohon beringin merupakan salah satu indikator untuk hutan yang dalam kondisi klimaks atau dalam proses suksesi menuju klimaks.
Setiap jenis pohon yang ada di permukaan bumi mengandung manfaat yang cukup besar yang terkadang tidak kita sadari, salah satunya jensi Ficus benjamina var varigata yang selama ini keberadaannya sudah mulai berkurang. Untuk itu agar jenis yang memiliki banyak manfaat ini tidak punah maka diperlukan usaha konservasi sumber daya genetik tanaman hutan jenis ini dengan baik.
Beberapa usaha yang dapat dilakukan dalam upaya tersebut dapat ditempuh dengan cara :
a. Pelestarian in situ pada beberapa kawasan pelestarian berupa Taman Nasional dan Cagar Alam serta Hutan Lindung bahkan Hutan Produksi.
b. Pelestarian Ex- situ yang dapat dilaksanakan pada Lembaga Penelitian, Universitas, BUMN/BUMS kehutanan dengan menggunakan perpaduan teknologi berupa pengkayaan biji dan benih.
c. Restorasi dan Rehabilitasi, meliputi metode, baik insitu maupun eksitu, untuk membangun kembali spesies, varietas genetik, komunitas, populasi, habitat dan proses-proses ekologis.
d. On Farm dimana pelestarian plasma nutfah dengan mengembangkan pohon beringin putih pada areal budidaya dalam bentuk penanaman oleh masyarakat dan program-program pemerintah yang berbasis kemasyarakatan seperti GERHAN dan lain sebagainya.


DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 2009. Klasifikasi tumbuhan jenis Ficus benjamina var varigata (www.plantamor.com).
Anonim, 2009. Kasiat Beringin Putih (www.AsianBrain.com).
Anonim, 2009. Peranan Hutan Sebagai Penyedia Jasa Lingkungan, http://id.wikipedia.org/wiki/hutan.
CCRC-Farmasi UGM. 2009. Beringin Putih .
Dalimartha, S .2005. Atlas tanaman Obat Jilid I.
Swestiani D. dan A. Sudomo . 2009. Kajian Manfaat Jenis Beringin Putih dalam SURILI (Suara, Berita dan Liputan Rimbawan Jawa Barat) .
Ulum, S. 2009. Manfaat Beringin Putih dalam Pembangunan Kawasan Hutan dalam Kabar Indonesia
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan.

Jumat, 18 Juni 2010

akad nikah

Menghadiri undangan teman se Liqoan bg Dv (nama samaran) tgl 18 Juni 2010 Jam 14.30 di Mesjid Raya Limau Manis menghasilkan bekas ingin rasanya cepat menyusul. Pertama kali pihak dari keluarga calon suami datang yg jauh - jauh dari Bukitinggi dengan membawa 2 mobil demi menghadiri acara sunah Rasul yang suci nan sakral, dilanjutkan dengan bersiap - siap menyambut kedatangan sang calon istri dari Limau Manis (nama kampungnya tempat kos si calon suami..ha..ha).

Selang beberapa menit sang pujaan yang ditunggu pun tiba dan disambut hangat nan bahagia oleh calon besan laki - laki. Sebelum ke akad nikah ada beberapa hal yang harus diketahui oleh kedua insan yang sebentar lagi resmi menjadi suami istri jika ada kata kata sah tentunya.....

Ada pembukaan oleh moderator sekaligus penghulu, pembacaan kalam Ilahi, taujiah Rabbani, nasihat untuk kedua calon pasutri (pasangan suami istri), kalau ada nasihat dari Ibu Bapak, larangan - larangan dan kewajiban serta hak suami istri dong jangan pula ketinggalan. Sesi yang ditunggu datang sesi akad nikah, saya Ucapkan sedikit ya...Dari orangtua/wali perempuan "Saya nikahkan anak saya....dengan mahar.....tunai " dan dibalas dengan Cami alias calon suami "Saya terima nikahnya anak Bapak.....dengan...dibayar tunai.." bagaimana saksi sah..Alhamdulillah telah terjadi ikatan pernikahan suami istri dan mempererat tali silaturahmi anatar dua keluarga yg berbeda Kabupaten dipisahkan dengan sungai, kebun, rumah, jalan, sawah dll (lebay**)

ternyata masih ada beberapa sesi setelah mereka sah menjadi pasangan suami istri adalah do'a, perjanjian suami istri dan penandatanganan Kartu Nikah ingat ya Suami warna hijau sedangakn istri warna merah.

penulis : Agus Muhar, CSPt ( selesai -6 menit sebelum adzan Maghrib waktu Pasar Baru Padang

Tanaman Transgenik di Persimpangan Jalan

PERDEBATAN tentang pemanfaatan tanaman hasil rekayasa genetik ( = tanaman transgenik) masih terus berlangsung baik di Indonesia maupun di berbagai negara lain. Media komunikasi juga terus melansir berbagai pendapat masyarakat seputar keamanan lingkungan dan pangan dari penanaman maupun pemanfaatan produk tanaman transgenik. Kepedulian masyarakat terhadap teknologi ini sangat besar karena adanya risiko yang mungkin muncul sebagai akibat penanaman tanaman transgenik. Di sisi lain, sebagian masyarakat juga melihat manfaat aplikasi bioteknologi modern untuk pemenuhan kebutuhan pangan.

Jumlah tanaman transgenik di seluruh dunia pada tahun 2005 seluas 90 juta hektar dan 38% di antaranya ditanam di negara berkembang sedangkan sisanya di negara industri (James, 2005). Kedelai yang toleran terhadap herbisida mendominasi luasan tanaman transgenik yaitu 60%, sedangkan jagung maupun kapas yang telah disisipi gen dari Bacillus thuringiensis supaya tahan terhadap hama tertentu hanya mencakup masing-masing 13 dan 7%. Proporsi areal tanaman transgenik sejak pertama kali ditanam (1996) terus mengalami peningkatan sampai dengan tahun 2005. Cina, India, dan beberapa negara di Amerika Latin adalah beberapa contoh negara yang areal tanaman transgeniknya terus meningkat. Di Indonesia sendiri, kapas transgenik pernah ditanam ditujuh Kabupaten di Sulawesi Selatan pada tahun 2001-2002, dan sekarang tidak ada lagi tanaman transgenik yang ditanam untuk tujuan komersial di negara kita. Dengan begitu apakah negara kita bebas dari produk tanaman transgenik?

Kedelai merupakan salah satu komoditas pertanian yang negara kita masih impor dalam jumlah besar dari negara penghasil kedelai, misalnya Amerika Serikat yang merupakan negara penanam terluas kedelai transgenik. Oleh karena itu, Pemerintah melalui Menteri Pertanian dalam Seminar Lustrum XII Fakultas Pertanian UGM menyampaikan bahwa penurunan secara cepat volume impor menjadi salah satu program pertanian saat ini. Pada tahun 2010 diharapkan 65% kebutuhan kedelai dapat dipenuhi dari produksi domestik dan swasembada dicapai pada tahun 2015. Jagung dan gula dicanangkan dapat mencapai swasembada pada tahun 2007 dan 2009. Apakah bioteknologi modern bisa ikut berkontribusi untuk mencapai tujuan tersebut? Atau karena masalah pro-kontra tentang tanaman transgenik dan lebih lagi karena tersedianya teknologi lain untuk mencapai swasembada sehingga aplikasi bioteknologi modern tidak diperlukan?

Perkembangan bioteknologi nampaknya lebih cepat dibandingkan dengan apa yang bisa dipahami oleh publik. Perbedaan ini menimbulkan rasa kekhawatiran yang terkait dengan ketidakpastian besar kecilnya risiko dan toleransi publik terhadap risiko tersebut. Di samping itu, hak publik untuk mengetahui dan mengambil keputusan 'mengonsumsi atau tidak' produk tanaman transgenik juga menjadi isu lain yang terus diperbincangkan dan sampai saat ini belum ada tindak lanjutnya. Dari dua hal tersebut saja sudah menjadi sulit untuk dicarikan common ground nya apabila komunikasi juga tidak berjalan dengan baik.

Pengertian tentang risiko tanaman dan atau produk transgenik sangat bervariasi tetapi dalam banyak hal dipahami bahwa analisis risiko mencakup risiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan. Pembagian ke dalam dua kategori tersebut masih menyisakan lahan yang sangat luas sehingga aspek dan komponen yang harus diteliti dan diestimasi besaran risikonya masih menjadi subjek perbedaan pendapat. Analisis risiko lingkungan tanaman transgenik merupakan aktivitas yang rumit, kompleks, dan saling terkait karena sifat dari masing-masing komponen dalam lingkungan yang saling bergantung ataupun berinteraksi satu sama lain.

Sekilas nampak bahwa analisis tersebut merupakan aktivitas no end yang tentunya kesimpulan juga sulit bahkan tidak akan pernah dihasilkan. Pendekatan lain adalah tetap mendasarkan pada diversitas lingkungan dengan menggunakan indikator organisme yang ada dalam rantai dan jaring-jaring makanan serta organisme yang paling peka di lingkungan. Pertanyaan yang muncul dengan pendekatan kedua adalah apakah hal ini representatif? Dan berapa lama studi harus dilakukan agar publik dapat merasa "yakin dan nyaman" terhadap apapun kesimpulan yang diperoleh dari studi tersebut?

Konsumen merupakan salah satu komponen publik yang menentukan diterima tidaknya tanaman ataupun produk tanaman transgenik. Konsumen langsung akan bersinggungan dengan risiko, tetapi apakah konsumen juga menerima insentif ataupun keuntungan dari tanaman transgenik? Oleh karena itu tidak sulit dipahami kalau konsumen menuntut adanya jaminan keamanan pangan produk tanaman transgenik dan juga hak untuk mengetahui sehingga bisa mengambil keputusan bagi dirinya. Secara riil isu tersebut kemudian menjadi isu pelabelan.

Tata perdagangan produk pertanian kompleks dan variatif sehingga masalah pelabelan produk tanaman transgenik (baik segar maupun yang telah diproses) juga tidak sederhana dalam implementasinya.

Dua aspek tersebut di atas sudah dapat menggambarkan bahwa tanaman transgenik saat ini masih ada di persimpangan manfaat dan risiko, indikator yang digunakan dalam analisis risiko bagi kesehatan maupun lingkungan, dan besar kecilnya risiko yang bisa diterima oleh publik. Masa depan teknologi ini masih menjadi pertanyaan besar di antara kita dan tentunya 'nasib' teknologi ini akan bergantung pada ilmu itu sendiri, pemerintah, produsen, dan juga publik. Keputusan sangat diperlukan agar kita segera dapat menentukan arah.

Untuk mencapai hal tersebut, satu hal yang pasti dibutuhkan saat ini adalah komunikasi dan diskusi yang lebih baik untuk mencari titik temu tentang semua proses dan mekanisme justifikasi penerimaan ataupun penolakan tanaman transgenik dan produknya. Perguruan Tinggi, Lembaga Penelitian, dan komponen masyarakat lainnya punya peranan yang sangat penting dalam mencari solusi sehingga kita segera ke luar dari suasana yang dilematis saat ini. q – c

*) Y Andi Trisyono, Staf Pengajar Jurusan Tanaman (Hama dan Penyakit Tumbuhan) Fakultas Pertanian UGM.

Sumber: http://222.124.164.132/article.php?sid=98082

Aliansi untuk Palestina Terbentuk

Belasan unsur masyarakat sipil membentuk Aliansi Masyarakat Indonesia untuk Palestina, yang merupakan sinergi kepedulian lembaga kemanusiaan dalam menyuarakan perjuangan bagi rakyat dan bangsa Palestina yang dizalimi Israel.

“Aliansi Masyarakat Indonsia Untuk Palestina terbentuk dalam rapat yang dipusatkan di kantor `Medical Emergency Rescue Committee` (MER-C) Indonesia yang dihadiri belasan organisasi dan elemen sipil,” kata Ketua Presidium MER-C Indonesia dr Sarbini Abdul Murad saat menghubungi ANTARA, Kamis.

Ia menjelaskan, selain MER-C elemen lain yang tergabung dalam aliansi adalah Yayasan Al Fatah, Aksi Cepat Tanggap (ACT), Voice of Palestine (VoP), Komite Nasional Untuk Rakyat Palestina (KNRP), Dewan Masjid Indonesia (DMI), Dompet Dhuafa, dan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas).

Selain itu, Taruna Muslim, Yayasan Rahmatan Lilalamin, “Spirit of Aqsa”, organisasi Hilal Ahmar, Forum Umat Islam (FUI), Gerakan Reformasi Islam (Garis), Sahabat Al Aqsa, dan KISPA (Komite Indonesia Untuk Solidaritas Palestina).

Menurut Sarbini, dalam pertemuan yang berlangsung pada Rabu (16/6) malam, seluruh elemen aliansi itu mendapatkan laporan dan informasi terakhir terkait Palestina dari dr Joserizal Jurnalis, anggota Presidium MER-C yang baru pulang dari kunjungannya ke Teheran, Iran pada 9-14 Juni 2010.

Joserizal Jurnalis berada di Teheran untuk berkoordinasi dengan pihak terkait di negara itu mengenai rencana Iran mengirim kapal bantuan ke Gaza.

Dalam kesempatan itu, kata Sarbini, Joserizal menguraikan tiga dimensi dalam pembebasan Palestina, yakni religius, politik, dan kemanusiaan.

“Apa pun yang bisa kita lakukan untuk menolong rakyat Palestina bisa dikerjakan secara bersama dengan berbagai elemen, sehingga akan lebih mudah dan solid,” katanya.

Menurut dia, yang paling krusial saat ini adalah bagaimana menembus blokade di wilayah Gaza, karena untuk Tepi Barat masih bisa dimasuki untuk misi kemanusiaan.

“Gaza secara `de jure` (adalah kawasan) merdeka, namun secara `de facto` diblokade,” katanya.

Ia menambahkan bahwa blokade atas Gaza, terlebih setelah tragedi penyerangan tentara komando Israel atas Kapal Mavi Marmara untuk misi kemanusiaan pada 31 mei 2010, adalah isu kemanusiaan utama di dunia.

“Sehingga pergerakan saat ini adalah pergerakan untuk membuka blokade supaya bantuan kemanusiaan bisa masuk ke Gaza. Pembukaan blokade ini harus disuarakan terus menerus,” katanya.

Berlayar lagi

Menurut Joserizal, yang harus dilakukan guna menyuarakan isu kemanusiaan dunia itu adalah melakukan pelayaran lagi, yang direncakanan sekurangnya akan ada misi dari Turki, Iran, dan juga dari Indonesia.

Ia mengusulkan kalau bisa misi pelayaran dari Indonesia dapat dikawal oleh TNI Angkatan Laut (AL). “Kalau pun tidak dikawal TNI-AL, kita tetap akan berlayar,” katanya.

Dikemukakannya bahwa MER-C dan VoP baru saja kembali dari Teheran, Iran. “Kami bertemu dengan `Red Crescent` (Bulan Sabit Merah) Iran untuk berkoordinasi masalah pelayaran yang akan dilakukan oleh Iran,” katanya.

Rencananya, kata dia, pelayaran dari Indonesia dengan membeli kapal sendiri, dan kemudian akan mengikutsertakan berbagai elemen untuk kampanye terus-menerus.

Selain itu, berdasarkan informasi terakhir pada akhir Juni 2010 akan ada kunjungan kerja Komisi I DPR-RI ke Mesir dan Palestina.

Persoalan lainnya, selain blokade adalah pendirian Rumah Sakit (RS) Indonesia di Gaza.

“Rumah sakit ini adalah wujud kepedulian masyarakat Indonesia untuk Palestina. Sudah ada tanah waqaf 1 hektare dari 4 hektare yang disediakan. Dana dari publik untuk RS sampai saat ini sudah berjumlah Rp 13 miliar, dan saat ini kami masih kampanye lagi,” katanya. (T.A035/M008/S026/ant)
dakwatuna.com – Bogor.

Senin, 14 Juni 2010

Pembudidayaan Sukun ( Arthocarpus altilis ) Sebagai Makanan Alternatif di Indonesia

Kategori : Mahasiswa
Tema : Pengelolaan Sumber Daya Alam
Setiap makhluk hidup membutuhkan makanan. Makanan merupakan penyuplai nutrisi yang berisi nutrien-nutrien yang dibutuhkan oleh tubuh untuk tumbuh dan berkembang. Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan tiga dasar pokok dalam kehidupan, yaitu sandang, pangan dan papan. Sandang merupakan pakaian yang berfungsi untuk menutup aurat tubuh, pangan merupakan makanan dan papan berupa tempat tinggal. Makanan merupakan suatu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi, selain sandang dan papan, setiap makhluk hidup membutuhkan makanan. Tanpa makanan, makhluk hidup akan mengalami kesulitan beraktivitas dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap jenis gizi yang kita dapatkan mempunyai peran dan fungsi yang berbeda. Karbohidrat merupakan sumber energi, dimana energi tersebut akan digunakan dalam beraktivitas. Salah satu contoh makan yang mengandung karbohidrat adalah nasi. Protein digunakan untuk membantu pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang rusak. Lemak berperan sebagai cadangan energi, cadangan energi digunakan ketika tubuh mengalami kekurangan karbohidrat, lemak akan memecah menjadi glukosa yang sangat berguna tubuh kita saat kita membutuhkan energi.
Kebutuhan makan setiap orang didunia ini berbeda. Orang yang tinggal di daerah kutub, membutuhkan banyak makan untuk menghangatkan dirinya agar suhu tubuhnya tetap normal. Kebutuhan akan daging pada orang yang tinggal di daerah kutub lebih besar dibandingkan dengan daerah tropis. Sedangkan orang yang tinggal di daerah tropis, mereka justru lebih membutuhkan lebih banyak minuman dibandingkan makanan. Selain itu, yang lebih membedakan kebutuhan akan makan tentu selera ikut berperan penting dalam meningkatkan nafsu makan.
Selara makanan setiap orang berbeda, sehingga setiap negara mempunyai makan khas tersendiri. Di Amerika, rata-rata penduduknya memakan pizza, hamburger dan hot dog sebagai makanan pokok, Italia rata-rata penduduknya memakan spaghetti sebagai makanan pokok. Di Indonesia, rata-rata penduduknya memakan nasi sebagai makan pokok. Begitupun dibelahan dunia lain sana juga memiliki makanan pokok tersendiri. Jadi, dapat dipastikan setiap Negara memiliki makan khas tersendiri.
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang, begitu banyak suatu hal yang menjadi kebutuhan manusia dijadikan secara instant dan praktis. Makananpun tidak luput menjadi sasaran dalam pengolahan yang praktis dan serba instant ini. Setiap tekhnologi tentu mempunyai dampak positif dan negatif, dampak positifnya yaitu nilai gizi suatu makanan bertambah dan mudah dalam penggunaannya, sedangkan dampak negatifnya adalah manusia akan malas dan akan menyebabkan ketergantungan jika digunakan dalam penggunaaan yang lama.
Pada zaman sekarang untuk mendapatkan makanan pokok Indonesia yang berupa beras mengalami kesulitan bagi rakyat kecil. Ini membuktikan bahwa banyak saudara kita yang masih membutuhkan uluran tangan. Selain itu, Indonesia pada saat ini tidak lagi sebagai swasembada beras seperti dulu lagi, itu dibuktikan adanya impor beras tiap tahunnya. Atas dasar itulah, makanan alternatif yang berupa buah sukun dapat dijadikan sebagai suatu bahan dasar pengganti makan pokok di Indonesia.
Tanaman sukun tercatat berasal dari daerah pasifik, yang kemudian berkembang di daerah tropis. Pada abad XVIII sukun dikembangkan di daerah Malaysia, dan selanjutnya berkembang sampai Indonesia. Tanaman sukun sekarang telah tersebar di kepulauan Indonesia. Di pulau Jawa tanaman sukun telah cukup lama dikenal. Hal ini terbukti adanya tanaman sukun di Kebun Raya Bogor yang telah berumur ratusan tahun, yang diduga ditanam oleh ahli botani Belanda.
Buah sukun kini telah mengalami perkembangan, buah sukun sekarang dikenal sebagai bahan pangan. Ada yang memanfaatkannya sebagai makanan pokok tradisional, antara lain di Hawai, Tahiti, Fiji, Samoa dan di kepulauan Sangir Talaut. Selain itu, sukun dimanfaatkannya direbus, diiris dan dibakar. Makanan Ringan dari buah sukun seperti apem sukun, bolu cup, Cimplung Sukun, Cake sukun, Donat sukun, Dodol sukun, Getuk sukun, Kroket, kolak sukun, Klepon sukun, legit sukun, Lapis sukun, Nastart sukun, pastel sukun, Prol Sukun, Puding sukun, Risoles Sukun, Sriping sukun, tape sukun, Wajik sukun. Makanan Ringan dari Tepung Sukun
Bolu sukun, bubur Sumsum, Cake sukun, Kukis sukun, Kue Lapis Kukus Sukun, Pastel basah tepung sukun, fresh role cake, roti Tart Tepung Sukun serta Lauk-pauk dari Buah Sukun dan tepung sukun seperti Bregedel Sukun, Bronoro sukun, kering sukun, rending sukun, sayur lodeh sukun, sambal goreng sukun dan lain sebagainya.

Pemanfaatkan sukun sebagai bahan pangan semakin penting, sejak pemerintah mulai melancarkan program diversifikasi pangan. Sukun mengandung karbohidrat dan gizi yang baik seperti halnya ubi, uwi, kentang, sembili, gadung, dan lain-lain. Dengan demikian, sukun mempunyai prospek yang cerah sebagai komoditas agroindustri di waktu mendatang.
Zat gizi per 100 gram** Buah sukun Muda Buah Sukun tua Tepung Sukun Tua
Energi ( kalori ) 46 108 302,4
Air ( g ) 87,1 69,3 15
Protein ( g ) 2 1,3 3,6
Lemak ( g ) 0,7 0,3 0,8
Karbohidrat ( g ) 9,2 28,2 78,9
Serat ( g ) 2,2 - -
Abu ( g ) 1 0,9 2
Kalsium ( mg ) 59 21 58,8
Fosfor ( mg ) 46 59 165,2
Besi ( mg ) - 0,4 1,1
Vitamin B1 ( mg ) 0,12 0,12 0,34
Vitamin B2 ( mg ) 0,06 0,06 0,17
Vitamin C ( mg ) 21 17 47,6
Sumber : Sitejo, 1989

Dari Balai Pusat Statistik diperoleh data, luas lahan kritis pada tahun 1975 sekitar 10.751.000 ha menjadi 13.187.000 ha. Semakin luasnya lahan kritis ini bukannya tidak dipikirkan pemerintah. Sebagai upaya terbaru dari pemerintah adalah menetapkan tahun 1993 sebagai awal tahun lingkungan hidup dan lebih mendalam lagi dengan dikumandangkannya, mulai tanggal 10 Juni 1993 gerakan menanam sejuta pohon di setiap propinsi. Pohon sukun merupakan salah satu jenis tanaman yang tepat untuk mengatasi masalah ini. Setelah diadakan penanaman pohon sukun di beberapa pulau di kepulauan Seribu ternyata cocok dan tumbuh dengan baik. Oleh karena itu pohon sukun tidak hanya berfungsi sebagai tanaman penghijauan saja, tetapi buahnya pun berguna untuk menambah gizi penduduk *

*Penulis adalah Agus Muhar mahasiswa jurusan Teknologi Hasil Ternak Fak Peternakan Unand.
Alamat : Wisma Putra 1 Beastudi Etos Jln Kepalo Koto NO 40 Belakang Organ Fikri RT O1 RW I Kec Pauh Padang 25163 Hp 01266702028 (Agus Muhar) e-mail : muharagus@yahoo.co.id
TERBIT DI MEDIAINDONESIA.COM Mei 2010

Minggu, 06 Juni 2010

Pelestarian Lingkungan Dimulai dari Pekarangan Rumah

BAGAIMANA kita sebagai individu dapat berperan aktif dalam melestarikan sumber daya alam? Ada banyak hal yang dapat kita lakukan untuk mengelola kelestarian sumber daya alam bahkan di lingkungan terkecil kita sendiri, sehingga sumber daya alam di lingkungan kita dapat kita kelola, kita perbaharui dan upayakan kelestariannya.

Lalu apa yang dapat kita lakukan secara aktif dalam pelestarian sumber daya alam ini? Tindakan sederhana apa yang dapat dilakukan sehingga dapat memelihara dan memanfaatkan potensi sumberdaya alam sebesar-besarnya dan semaksimal mungkin namun tetap optimal sehingga memberikan manfaat dan kesejahteraan yang sebesar-besarnya bagi masyarakat generasi sekarang tanpa melupakan potensi dan peluang manusia generasi yang akan datang dalam memanfaatkan sumberdaya alam tersebut?

Sumber daya alam di lingkungan rumah kita yang dapat kita perbaharui dan kita jaga adalah air, tanah, tumbuhan dan hewan. Pelestarian sumberdaya alam adalah tindakan memelihara dan memanfaatkan potensi sumberdaya, termasuk dari pencemaran di lingkungan kita. Tindakan memelihara dan mengelola ini harus dimulai dari kumpulan terkecil masyarakat, bahkan dari setiap individu, yaitu anggota keluarga.

Pengelolaan Air
Air adalah sumber kehidupan. Kerusakan hutan adalah salah satu penyebab banjir di waktu hujan, dan keringnya sumber air di musim kemarau. Perubahan rawa dan danau yang berfungsi sebagai penampung air telah berubah menjadi pemukiman adalah sebab yang lainnya pula. Namun tidak hanya masalah besar yang itu saja, daya resapan air di terutama di pemukiman amat sangat berkurang karena pekarangan atau halaman rumah-rumah penduduk tidak dikondisikan untuk dapat menyerap kelebihan air dengan baik.

Air hujan yang jatuh ke halaman rumah paling tidak 85 persen harus bisa diserap oleh tanah di halaman tersebut agar tidak berpotensi untuk menjadi penyebab banjir. Secara alami tanah di pekarangan halaman rumah dapat menyerap curahan air hujan yang jatuh baik dari air hujan langsung maupun dari atap rumah yang terkumpul dan mengalir melalui talang air. Namun banyak kondisi yang tidak memungkinkan pengembalian air hujan ke dalam tanah karena kondisi pekarangan yang tidak memungkinkan dan juga karena daya resap tanah itu sendiri yang telah berkurang.

Masyarakat di pemukiman baik kota dan di desa dapat berperan aktif dalam menjaga luapan banjir dan juga menjaga ketersediaan air tanah dengan membuat tanah mampu menyerap air dan juga membuat tempat-tempat resapan air di sekitar rumah. Pekarangan jangan dihabiskan untuk untuk bangunan atau ditutup dengan semen. Masyarakat bisa memodifikasi lansekap dengan membuat sejumlah parit kecil dan cekungan dangkal di pekarangan rumah. Cekungan dangkal, parit atau kolam dapat airnya dimanfaatkan untuk pemeliharaan ikan dan juga membantu pemeliharaan tanaman dan pepohonan.

Selain pembuatan cekungan atau parit, pembuatan sumur resapan dan biopori di tiap rumah akan mengurangi sumbangan bencana banjir dengan mengurangi limpahan air dengan menyerapnya ke dalam tanah. Minimnya lahan di perkotaan karena habis untuk bangunan rumah menyebabkan kurangnya tempat-tempat resapan air. Alternatif untuk pembuatan sumur resapan air karena terbatasnya lahan halaman rumah untuk pembuatan sumur resapan air dapat dilakukan secara kolektif untuk setiap beberapa rumah di lahan yang masih kosong di pemukiman tersebut.

Dalam hal pemeliharaan dan pengelolaan air, kuncinya ada pada kesadaran masyarakat. Kalau masyarakat sadar, lingkungan terjaga dan air yang bersih akan selalu dapat diperoleh. Pendidikan sejak dini di lingkungan sekolah perlu terus ditanamkan kepada anak-anak. Di masyarakat sendiri perlu adanya inisiatif dari pemuka masyarakat untuk memelopori kesadaran dari setiap warga untuk pemeliharaan air tanah di pekarangannya masing-masing.

Penghijauan Pekarangan Rumah
Salah satu pelestarian sumber daya alam adalah melestarikan hutan kita. Hutan tidak hanya hutan di pedalaman, namun pemukiman penduduk dari kampung sampai dengan kota besar pun memiliki hutan untuk konservasi alam yaitu hutan kota (urban forest). Hutan kota dimana hutan tersebut adalah ruang terbuka yang ditumbuhi vegetasi berkayu di wilayah pemukiman dapat memberikan manfaat lingkungan sebesar-besarnya kepada penduduk sebagai proteksi dan reservasi terhadap sumber daya air, sumber udara segar, keindahan tata ruang pemukiman dan estetika serta rekreasi khusus lainnya.

Memelihara hutan kota tidak terbatas hanya pada pepohonan lahan hutan, sekumpulan pepohonan di taman kota, tapi juga pada pohon-pohon individu. Turut serta melestarikan hutan, dapat dimulai dengan mencintai lingkungan di sekitar kita yaitu pada tetumbuhan dan pepohonan di pekarangan rumah. Pekarangan rumah walaupun sempit dapat dimanfaatkan untuk menanam tumbuhan yang bermanfaat dalam pot. Sempalan lahan dekat parit dapat rumah dapat ditanami pohon. Memulai dari rumah sendiri dengan satu dua pohon adalah berarti banyak untuk kemudian dapat menuju cakupan yang lebih luas.

Pemilihan jenis tanaman untuk penghijauan di pekarangan rumah hendaknya dipilih agar dapat tumbuh dan dirawat dengan baik. Pemilihan jenis tanaman hendaknya dipertimbangkan dari segi persyaratan hortikultura (ekologikal) dan persyaratan fisik. Syarat hortikultural yaitu respon dan toleransi terhadap temperatur, kebutuhan air, kebutuhan dan toleransi terhadap cahaya matahari, kebutuhan lahan dan jenis tanah, ketahanan hama dan penyakit. Syarat-syarat fisik yaitu tujuan penghijauan, persyaratan budi daya, bentuk tajuk, warna, dan aroma untuk kepentingan estetika dan perawatan misalnya pemangkasan. Mengenali jenis dan sifat pohon dipentingkan karena apabila kita mengenali pohon tersebut maka kita akan tahu pula cara merawat dan menjaganya sehingga dapat memberikan manfaat yang maksimal pada lingkungan sekitar.

Memelihara pohon dapat dilakukan oleh seluruh anggota keluarga secara aktif. Ayah memelihara tanaman dengan memangkas batang-batang yang menjuntai dan mengganggu, ibu membantu memberikan pupuk, dan anak-anak membantu menyiram tanaman. Keharmonisan dan komunikasi antar anggota keluarga dapat terjalin dengan baik, anak-anak dapat mewarisi pengetahuan dan belajar mencintai lingkungan dengan memelihara dan mencintai tanaman.

Tidak hanya pohon berkayu keras atau peneduh yang dapat ditanam di pekarangan. Tanaman hias, tanaman obat, tanaman bumbu dan tanaman buah dapat pula dipelihara untuk membantu penghijauan. Sebagai penyaring debu untuk kesehatan, pemasok udara segar dan keindahan (estetika), maka tanaman pun bermanfaat secara ekonomis pula bagi keluarga. Tak hanya ditanam di lahan pekarangan rumah , tanaman pun dapat ditanam secara vertical (vertical garden), atau di atap rumah (roof garden). Apabila setiap rumah secara aktif melakukan penghijauan, tentu saja secara luas dampaknya akan terasa sebagai upaya untuk pelestarian lingkungan dan pengurangan pemanasan global.

Pencegahan Pencemaran Lingkungan
Sebetulnya lingkungan hidup di sekitar kita dapat secara alami membersihkan dirinya dari polutan atau pencemaran. Namun pencemaran di lingkungan hidup di sekitar kita termasuk pencemaran air, pencemaran udara dan pencemaran tanah dapat makin tinggi karena adanya polutan dalam jumlah yang berlebihan yang dapat menyebabkan lingkungan tidak dapat mengadakan pembersihan sendiri . Untuk mencegah hal tersebut, polusi terhadap lingkungan perlu dideteksi secara dini dan ditangani segera oleh setiap individu agar tidak memberikan dampak yang lebih luas dan lebih parah terhadap lingkungan.

Sumber polusi pada air yang sangat besar terdapat dari sampah dan limbah. Dalam hal ini sampah domestik (rumah tangga) memberikan pula konstribusi yang besar bagi pencemaran. Polusi air terjadi karena kurangnya rasa disiplin masyarakat, misalnya dalam kebersihan lingkungan dan membuang sampah sembarangan. Dampak sampah selain polusi sampah juga mengakibatkan tersumbatnya saluran-saluran air sehingga mengakibatkan banjir di musim hujan.

Tidak hanya dibuang, sudah saatnya kita memikirkan pemilahan dan pengelolaan sampah. Dari sejak awal akan dibuang dari rumah, sampah hendaknya sudah dipilah. Mana sampah organik mana dan mana sampah anorganik. Selain itu pemilahan sampah akan memudahkan pemerintah kota dalam pengelolaan sampah sehingga dapat didaur ulang atau dimanfaatkan untuk hal lainnya. Sampah rumah tangga pun dapat dipilah mana yang dapat dijadikan kompos atau pupuk cair, sehingga dapat digunakan sebagai pupuk bagi tanaman yang bermanfaat pada penghijauan. Hal ini sangat disayangkan karena ini belum disadari oleh kebanyakan masyarakat kita.

Oleh karena itu mari kita sebagai anggota masyarakat, melakukan upaya pelestarian sumber daya alam dan menjaga lingkungan kita dengan satu langkah kecil yang kita mulai di diri kita sendiri sebagai individu dan anggota keluarga. Di rumah kita dapat turut serta secara aktif menjaga sumber daya alam kita dan kita dapat mewariskan lingkungan kehidupan yang baik kepada anak cucu kita nanti. (*)

Waspadai Bahaya Sampah Elektronik


E-WASTE atau Electronic Waste adalah sampah / limbah yang berasal dari berbagai peralatan elektronik yang sudah tidak terpakai akibat kemajuan teknologi, perubahan trend dan status dari umur manfaat barang yang sudah tidak berguna lagi. Barang yang termasuk dalam kategori E-Waste meliputi berbagai jenis peralatan elektronik yang telah usang, seperti komputer, server, monitor, printer, scaner TV serta berbagai perangkat telekomunikasi seperti telepon selular, pager, kalkulator, perangkat audio dan video, dan lain sebagainya.

Perubahan umur dan kemajuan teknologi bidang elektronik memegang kontribusi yang cukup kuat dalam peningkatan volume sampah elektronik yang dibuang. Pada kurun waktu 1997 sampai 2005 saja, rata�rata jangka umur komputer di negara�negara maju turun dari 6 tahun menjadi kurang dari 1 tahun. Sedangkan untuk penggunaan ponsel, rata�rata hanya dua tahun. Hal ini menyebabkan sebanyak 2�50 ton sampah elektronik dihasilkan setiap tahunya dan memberikan masukan sebanyak 5 persen dari total limbah padat yang dihasilkan perkotaan di seluruh dunia.

Untuk mengurangi kepadatan volume limbah eletronik, E-Waste secara berkala diekspor ke negara�negara berkembang lainya di dunia. Asia dan Afrika adalah kawasan potensial untuk membuang limbah�limbah ini. Sampai akhir 2005, ditemukan kasus sebanyak 47 persen E-Waste di ekspor secara ilegal melalui pelabuhan laut di Eropa dan sebanyak 23 ribu metrik ton sampah elektronik di ekspor secara ilegal ke India, China dan Afrika. Di Amerika, diperkirakan sebanyak 50�80 persen sampah elektronik didaur ulang dan diekspor dengan cara ini.

Pada awalnya, penanganan limbah elektronik ini sudah diberlakukan dengan baik seperti dengan cara mendaur ulang. Namun karena laju volume limbah yang tidak sebanding dengan kapasitas daur ulang, maka mulailah limbah elektronik ini di ekspor ke negara�negara berkembang dengan dalih alih teknologi. Mereka melimpahkan permasalahan ini pada kawasan yang mempunyai celah terhadap pengawasan dan pengelolaan lingkungan yang lemah. Disamping itu, biaya untuk mengekspor limbah elektronik yang lebih murah dibandingkan dengan biaya daur ulang, mendorong laju peningkatan ekspor limbah elektronik secara berkala. Hal ini didukung dengan adannya permintaan akan elektronik bekas dari negara�negara di Asia dan Afrika. Karena secara ekonomis, limbah elektronik ini masih memberikan manfaat lebih. Namun, pada akhirnya, ketika manfaat dan nilai dari limbah elektronik yang di ekspor ini sudah berakhir, maka akan menjadi tumpukan sampah yang sudah tidak berguna lagi dan berpotensi menimbulkan permasalahan baru pada lingkungan akhir limbah ini dibuang, dari polusi racun yang ditimbulkanya. Hal ini akan menimbulkan permasalahan baru di area negara yang mengimpor limbah elektronik tersebut. Dengan kata lain, limbah elektronik tersebut hanya berpindah tempat sementara di tempat yang baru.

Berikut ini adalah gambaran, perjalanan limbah elektronik yang di ekspor dari negara�negara maju ke kawasan negara - negara berkembang di Asia dan Afrika :

Sumber : www.greenpeace.org
Kategori File : Toxics

Bahaya dan Dampak E-Waste :
Kandungan material yang digunakan dalam komponen elektronik, pada umumnya berasal dari berbagai kombinasi bahan kimia beracun dan logam berat. Dalam 1 produk elektronik, bisa terdiri dari banyak komponen berbeda dan sebagian besar komponen elektronik mengandung zat berbahaya seperti : timbal, air raksa, cadium, berilium, brominates flame / BFRs dan senyawa kimia lainya. Zat berbahaya ini menyebabkan polusi yang berdampak tidak hanya pada lingkungan tapi juga pada kesehatan manusia. Pada kasus tertentu bisa menyebabkan kanker dan penghambat perkembangan janin pada ibu hamil serta anak�anak. Jadi satu jenis produk elektronik bisa menghasilkan berbagai macam limbah berbaya yang berasal dari komponen�komponen peralatan yang berada didalamnya.

Kandungan brominates flame yang digunakan untuk papan sirkuit dan casing misalnya, bisa mengakibatkan gangguan yang berhubungan dengan neourotoksisitas, yaitu ganggunan pada fungsi memori, sistem tiroid dan hormon estrogen serta eksposur dalam rahim yang terkait dengan masalah perilaku. Cadium yang digunakan pada baterai isi ulang, kontak, saklar dan CRT�Cathode Ray Tube, mengandung zat racun yang tidak terurai oleh lingkungan / bioaccumulation dan dapat menyebabkan gangguan ginjal dan tulang. CTR pada monitor, mengandung logam timah yang bisa mengakibatkan penurunan intelegensia pada anak�anak, merusak saraf dan darah serta sistem reproduksi pada orang dewasa. Polivinil klorida (PVC) merupakan bahan plastik yang digunakan untuk casing dan pembungkus atau isolator pada kawat / kabel. Diklorinasi dioxin dan furan yang dilepaskan ketika PVC dibakar, merupakan senyawa yang bersifat peristen dan bersifat karsinogen, sehingga sangat beracun meski dalam konsentrasi yang rendah. Senyawa ini dapat dapat mencemari lingkungan dan dapat merusak sistem hormon, menurunkan kapasitas reproduksi, dan sistem kekebalan tubuh pada manusia.

Meskipun E-Waste pada dasarnya dapat di daur ulang, namun bahaya yang ditimbulkannya dimasa yang akan datang perlu diwaspadai. Seleksi produk dan peralatan elektronik yang kita gunakan mungkin bisa jadi salah satu pilihan untuk menjaga lingkungan kita bebas dari limbah elektronik. Letak geografis negara kita dengan jumlah penduduk yang besar memungkinkan limbah�limbah tersebut masuk secara ilegal dari berbagai pintu. Untuk itu, perlu adanya kerja yang berkesinambungan dari berbagai pihak untuk memproteksi wilayah kita dengan sistem pengelolaan limbah yang lebih konkret dan bertanggung jawab. Selain itu dukungan terhadap perusahaan yang memproduksi barang elektronik dengan cara yang ramah lingkungan, merupakan salah satu cara untuk menunjukan kepedulian kita pada lingkungan sekitar, dan pastikan bahwa produk�produk yang kita gunakan merupakan produk yang aman dan bisa di daur ulang. Untuk mengenali produk�produk yang tidak merusak lingkungan, ada baiknya untuk selalu mengecek apakah produk tersebut telah lolos sertifikasi eco label / green label atau tidak.

Selain itu, penerapan sistem EPR (Extended Producer Responsibility)�yaitu program dimana produsen bertanggung jawab untuk mengambil kembali produk-produk yang tidak terpakai�perlu terus digalangkan, agar pencemaran dan penggunaan sumber daya alam dan energi dari setiap tahap siklus hidup produk bisa dihemat, baik melalui rekayasa desain produk ataupun rekayasa teknologi proses manufacturnya. Dengan demikian peranan keterlibatan berbagai pihak dalam menjalankan fungsi kontrol dan tanggung jawabnya terhadap pengelolaan dan pemanfaatan lingkungan, bisa bersinergi satu dengan yang lainnya.(*)

*Cucuk T (Ngagel Mulyo,Surabaya)
teman sepenulisan di Lomba Penulisan Kementrian Lingkungan Hidup 2010

Peranan Ayam Kampung Sebagai Food Security Pengentas Kemiskinan di Indonesia

*Efda Y R, Agus Muhar, Azhari N

Ayam kampung merupakan ternak lokal yang memiliki potensi yang sangat besar yakni sebagai sumber pendapatan keluarga, sumber pangan hewani (daging dan telur), untuk kesenangan (hias, “penyanyi”, aduan), aset biologis (plasma nutfah), aset religius dan digunakan dalam ritual pengobatan selain itu ayam kampung memiliki keunggulan dalam hal resistensi terhadap penyakit,r esistensi terhadap panas serta memiliki kualitas daging dan telur yang lebih baik dibandingkan dengan ayam ras.
Resistensi ayam kampung terhadap penyakit telah teruji berdasarkan hasil riset Laboratorium DNA Puslit Zoologi LIPI yang menyatakan bahwa ayam lokal Indonesia memiliki tingkat resisten atau daya tahan cukup tinggi terhadap infeksi Virus Flu Burung (Avian Influenza) dibandingkan ayam jenis lainnya didunia seperti ayam lokal Cina, ayam lokal Afrika dan ayam broiler. Dari analisis DNA yang dilakukan terhadap ayam lokal menunjukkan bahwa frekwensi alel A yang resisten terhadap Virus AI (Avian Influenza) berkisar antara 0,35 – 0,89.dari 16 populasi breed ayam lokal yang diteliti ternyata ayam yang paling resisten terhadap penyakit AI adalah ayam cemani (0,88), ayam kampung (0,72), ayam kampung Banten (0,63), ayam kate (0,65) dan ayam yang paling rentan adalah ayam kapas (0,35).
Tingginya resisten ayam kampung terhadap penyakit menunjukkan bahwa ayam kampung memiliki kemampuan yang sangat besar untuk dikembangkan. Hal ini dapat dilihat pada saat flu burung mulai mewabah, ayam kampung mampu bertahan sehingga populasinya tidak mengalami penurunan yang drastis jika dibandingkan dengan ayam ras petelur dan pedaging tetapi dengan adanya kebijakan pemerintah untuk memusnakan semua ayam yang terdapat didaerah yang terwabah Virus Flu burung mengakibatkan terjadinya penurunan populasi yang sangat drastis yakni dengan melalui pemusnahan baik dibakar maupun dikubur seharusnya hal ini harus dipertimbangkan oleh pemerintah sebelum mengambil keputusan. Ayam kampung yang merupakan flasma nutfah bagi Indonesia yang populasinya harus dipertahankan bahkan ditingkatkan karena itu kebijakan yang telah ditetapkan harus dikaji ulang kembali karena jika pemusnahan terhadap ayam kampung tetap dilakukan dengan kontinue maka flasma nutfah ayam kampung akan punah dan potensi yang dimilikinya akan musnah, padahal dengan potensi yang dimiliki dapat dijadikan sumber pandapatan keluarga.
Potensi yang dimilki ayam kampung menggambarkan pentingnya ayam kampung untuk dikembangakan dalam mengatasi kemiskinan dan malnutrisi yang ada dimana pada bulan februari 2007 menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan di Indonesia mancapai 37,17 juta (16,58%) dan sebagian besar (63,52%) berada dipedesaan, hal ini jelas sangat ironis karena desa yang merupakan notabane sebagi sumber penghasil makanan tapi kenyataannya terbalik dengan harapan.
Selain itu angka malnutrisi yang terjadi di Indonesia menunjukkan jumlah yang sangat memprihatinkan bagi bangsa yang dikenal kaya dengan sumber daya alam, meskipun kenyataan berkata lain masih banyak masalah yang mendera bangsa ini hal ini terbukti dengan jumlah balita yang mengalami malnutrisi di Indonesia bulan frebruari 2007 mencapai 10,55 juta orang dan jumlah balita yang mengalami gizi buruk pada tahun 2006 mencapai 2.3 juta balita selain itu berdsasarkan data dari UNICEF pada tahun 2005 jumlah balita yang mengalami gizi buruk sebesar 1.8 juta dan pada beberapa daerah terlihat DKI Jakarta mencapai 6516 balita dan di Sumatra Barat 1,3% dari balita dan status gizi buruk.
Dengan tingginya tingkat kemiskinan dan malnutrisi ini maka peran dari ayam kampung bisa dijadikan sebagai solusi karena dari potensinya yang berperan sebagai sumber ketahanan pangan yang mampu menyuplai protein hewani,baik berupa daging dan telur sehingga malnutrisi dan kemiskinan bisa diatasi, karena menurut Hardjosworo dalam Rusfidra (2007) mengindentifikasi empat faktor penting penyebab rendahnya konsumsi protein hewani, yaitu 1) mahalnya harga pangan asal ternak bila diukur dari rata-rata pendapatan sebagai masyarakat Indonesia, 2) tidak meratanya ketersediaan daging, susu dan telur dipenjuru tanah air, 3) pengaruh kemampuan produksi dalam negeri terhadap konsumen protein hewani, dan 4) selera selektif dari masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu, untuk mengatasi malnutrisi ini diperlukan peningkatan konsumsi protein hewani yakni meningkatkan pendapatan rumah tangga dan kesadaran gizi masyarakat. Protein hewani standar rataan dunia yakni 26 g/kapita/hari, sedangkan Indonesia hanya mampu mentargetkan 6,0 g/kapita/hari dan lebih ironisnya yang tercapai hanya 4,5 g/kapita/hari jika dilihat dengan konsumsi daging unggas Indonesia hanya mengkonsumsi 3,5 kg/kapita/tahun sedangkan Malaysia 36,7 kg/kapita/tahun, Thailand 13,5 kg/kapita/tahun, Filipina 7,6 kg/kapita/tahun, Vietnam 4,6 kg/kapita/tahun dan Myanmar 4,2 kg/kapita/tahun.
Bila satu kilogram telur rata-rata terdiri dari 17 butir maka konsumsi telur penduduk Indonesia adalah 46 butir/kapita/tahun atau 1/8 butir/kapita/hari Indonesia hanya mengkonsumsi telur 2,7 kg/kapita/tahun, Malaysia 14,4 kg/kapita/tahun, Kamboja 12,5 kg/kapita/tahun, Bangladesh 31,5 kg/kapita/tahun dan India mencapai 60,0 kg/kapita/tahun artinya jika dibandingkan Indonesia dengan malaysia konsumsi daging unggas penduduk Indonesia hanya 10 g/kapita/hari, sedangkan Malaysia 100 g/kapita/hari.
Rendahnya konsumsi protein hewani penduduk Indonesia jelas sangat memprihatinkan terhadap masa depan bangsa karena protein hewani memiliki peran penting dalam melahirkan generasi SDM yang berkualitas yang mampu bersaing di percaturan dunia jika dilihat manfaat protei hewani ini sangat besar yakni untuk pertumbuhan otak anak balita, agar berkembang secara optimal dan tidak sampai tulalit, meningkatkan kecerdasan, menjaga stamina tubuh, regenarasi sel, agar eritrosit tidak mudah pecah. sedangkan jika terjadi defisiensi protein hewani maka bisa menyebabkan terganggunya pertumbuhan, resiko sakit tinggi, perkembangan mental terganggu, performa anak sekolah menurun dan menganggu produktifitas pekerja.
Selain itu Prof.I.K.Han (1999) menyatakan terdapat relasi positif tingkat konsumsi protein hewani dengan umur harapan hidup (UHH) dan PDB suatu Negara oleh karena itu, jika konsumsi protein hewani orang Indonesia tidak dipacu kearah ideal (26 /kapita/hari), maka hanya dalam satu generasi (25 tahun), orang Singapura,Vietnam, Malaysia, dan Kamboja akan lebih tinggi, lebih kuat dan lebih cerdas dari masyarakat Indonesia (Yudohusodo, 2007) karena ketahanan pangan perlu dilakukan dan konsep ketahanan pangan atau food security biasanya diukur dalam dua tataran yakni makro (nasional) dan mikro (rumah tangga) dengan ketahanan pangan yang ideal adalah ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga.
Dengan adanya konsep ketahanan pangan dengan skala rumah tangga yang berbasis ayam kampung maka kemiskinan bisa diatasi karena dengan pengembangan ayam kampung tidak hanya protein hewani terpenuhi tapi juga sebagai penghasil uang tunai bagi keluarga miskin.

Family Poultry Dapat Mangatasi Kemiskinan
Family Poultry yang merupakan program organisasi pangan dan pertanian dunia atau FAO yang bertujuan untuk mendukung tersedianya sumber protein hewani sebagai sumber pendapatan dan pengentasan kemiskinan pada tingkat rumah tangga dinegara-negara berkembang. Program ini dikembangkan dinegara-negara sub-Sahara Afrika, Asia tenggara, Asia Selatan dan Amerika Selatan dengan menjadikan ayam kampung sebagai sumber protei hewani dan pendapatan keluarga.
Program family poultry sangat populer di Afrika dimana 90% rumah tangga di Afrika memiliki ayam kampong (village chicken) di Mozambik ayam dipelihara secara tradisional telah menunjukkan peran penting dalam mengatasi kemiskinan dan ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga selain itu Vietnam dengan jumlah penduduk 78 juta jiwa dengan mata pencaharian utama penduduk bertani (sebesar 80%). Subsektor peternakan menyumbang 27% terhadap sektor pertanian dengan menjadikan ternak unggas sebagai bagian integral dari kehidupan masyarakat pedesaan dan memiliki fungsi sosial yang penting pada tahun 2000 populasi unggas sekitar 196 juta ekor dengan produksi mencapai 270.000 ton. sebanyak 75 % ayam dipelihara dalam skala rumah tangga dengan sisten ekstensif. Setiap warga pedesaan rata-rata memiliki ayam kampung 10-20 ekor. Ayam kampung berperan sebagai sumber pangan hewani (daging dan telur), uang tunai (penjualan ayam, telur dan ayam pembibit) dan sumber bibit untuk usaha berikutnya.
Dengan adanya keberhasilan pengembangan program family poultry yang berbasis ayam kampung dengan skala rumah tangga di beberapa negara berkembang maka program family poultry dapat dijadikan sebuah solusi untuk mengatasi kemiskinan di Indonesia. Jenis ternak yang akan dikembangkan adalah ayam kampung yang merupakan ayam yang banyak dipelihara di daerah pedesaan yang umumnya ditemukan hidup dan berkembang di kampung-kampung tempat dimana manusia bermukim dengan daging dan telurnya digemari oleh masyarakat karena rasa yang khas, gizi tingi, gurih, selain itu sangat mudah dalam pemeliharaannya dimana ayam kampung dapat memanfaatkan pakan dari sisa manusia.
Populasi ayam kampung yang diduga sekitar 300 juta ekor yang tersebar dari perkotaan sampai pelosok negeri jika dimulai secara ekonomis bisa diasumsikan satu ekor ayam kampung Rp 35.000,00 maka total nilainya 10,5 triliun. Hal ini bahwa ayam kampung memiliki peran penting sebagai sumber pendapatan keluarga, sumber pangan hewani (daging dan telur), untuk kesenangan (hiasan, aduan, ayam “penyanyi”), aset biologis (plasma nutfah), aset religius dan digunakan dalam ritual pengobatan selain itu, ayam kampung juga merupakan plasma nutfah ayam asli Indonesia yang harus dikembangkan dan dilestarikan.
Bila ayam kampung dipelihara dengan baik maka ayam tersebut akan memainkan peranan penting sebagai protein hewani (daging dan telur) dan sebagai sumber pendapatan bagi rumah tangga miskin, sehingga kasus malnutrisi dapat diatasi secara sistematis. Oleh karena itu, program family poultry layak ditimbang sebagai sebuah solusi praktis dalam mengatasi kasus gizi buruk, efektif dalam pengentasan kemiskinan dan menjaga ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga bagi 15,5 juta rumah tangga miskin di Indonesia (Rusfidra, 2008). Dilihat dari tujuan pemeliharaannya maka tujuan terbesar pemeliharaan ayam kampung menurut (Attch, 1989) yakni sebagai sumber uang tunai dengan konsumsi sebesar 45%, konsumsi rumah tangga 28%, sebagai uang tunai 11%, uang tunai dan relegulitas 11%, upacara keagamaan 3 %, ornamental (hiasan) 1 %.



*Penulis adalah pengurus aktif Lembaga Kajian Ilmiah Mahasiswa
UNAND Periode 2009-2010

Jadi Ikhwan Jangan Cengeng

Agus Muhar NIM 07163028 Faterna UNAND

Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Dikasih amanah pura-pura batuk..
Nyebutin satu persatu kerjaan biar dikira sibuk..
Afwan ane sakit.. Afwan PR ane numpuk..
Afwan ane banyak kerjaan, kalo nggak selesai bisa dituntut..
Afwan ane ngurus anu ngurus itu jadinya suntuk..
Terus dakwah gimana? digebuk?

Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Dikit-dikit dengerin lagunya edcoustic..
udah gitu yang nantikanku di batas waktu, bikin nyelekit..
Ke-GR-an tuh kalo ente melilit..
Kesehariannya malah jadi genit..
Jauh dari kaca jadi hal yang sulit..
Hati-hati kalo ditolak, bisa sakiiiittt…

Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Dikit-dikit SMSan sama akhwat pake Paketan SMS biar murah..
Rencana awal cuma kirim Tausyiah..
Lama-lama nanya kabar ruhiyah.. sampe kabar orang rumah..
Terselip mikir rencana walimah?
Tapi nggak berani karena terlalu wah!
Akhirnya hubungan tanpa status aja dah!

Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Abis nonton film palestina semangat membara..
Eh pas disuruh jadi mentor pergi entah kemana..
Semangat jadi penontonnya luar biasa..
Tapi nggak siap jadi pemainnya.. yang diartikan sama dengan hidup
sengsara..
Enak ya bisa milih-milih yang enaknya aja..

Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Ngumpet-ngumpet buat pacaran..
Ketemuan di mol yang banyak taman..
Emang sih nggak pegangan tangan..
Cuma lirik-lirikkan dan makan bakso berduaan..
Oh romantisnya, dunia pun heran..
Kalo ketemu Murabbi atau binaan..
Mau taruh di mana tuh muka yang jerawatan?
Oh malunya sama Murabbi atau binaan?
Sama Allah? Nggak kepikiran..
Yang penting nyes nyes romantis semriwing asoy-asoy-yaannn. .

Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Disuruh infaq cengar-cengir. .
Buat beli tabloid bola nggak pake mikir..
Dibilang kikir marah-marah dah tuh bibir..
Suruh tenang dan berdzikir..
Malah tangan yang ketar-ketir. .
Leher saudaranya mau dipelintir!

Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Semangat dakwah ternyata bukan untuk amanah..
Malah nyari Aminah..
Aminah dapet, terus Walimah..
Dakwah pun hilang di hutan antah berantah..
Dakwah yang dulu kemanakah?
Dakwah kawin lari.. lari sama Aminah..
Duh duh… Amanah Aminah..
Dakwah.. dakwah..
Kalah sama Aminah..

Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Buka facebook liatin foto akhwat..
Dicari yang mengkilat..
Kalo udah dapet ya tinggal sikat..
Jurus maut Ikhwan padahal gak jago silat..
“Assalammu’alaykum Ukhti, salam ukhuwah.. udah kuliah? Suka coklat?”
Disambut baik sama ukhti, mulai berpikir untuk traktir Es Krim Coklat ..
Akhwatnya terpikat..
Mau juga ditraktir secara cepat..
Asik, akhirnya bisa jg ikhtilat…
yaudah.. langsung TEMBAK CEPAT!
Akhwatnya mau-mau tapi malu bikin penat..
badan goyang-goyang kayak ulat..
Ikhwannya nyamperin dengan kata-kata yang memikat..
Kasusnya sih kebanyakan yang ‘gulat’..
Zina pun menjadi hal yang nikmat..
Udah pasti dapet laknat..
Duh.. maksiat.. maksiat…


Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Ilmu nggak seberapa hebat..
Udah mengatai Ustadz..
Nyadar diri woi lu tuh lulusan pesantren kilat..
Baca qur’an tajwid masih perlu banyak ralat..
Lho kok udah berani nuduh ustadz..
Semoga tuh otaknya dikasih sehat..

Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Status facebook tiap menit ganti..
Isinya tentang isi hati..
Buka-bukaan ngincer si wati..
Nunjukkin diri kalau lagi patah hati..
Minta komen buat dikuatin biar gak mati bunuh diri..
Duh duh.. status kok bikin ruhiyah mati..
Dikemanakan materi yang ustadz sampaikan tadi?

Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Ngeliat ikhwan-ikhwan yang lain deket banget sama akhwat mau ikutan..
Hidup jadi kayak sendirian di tengah hutan rambutan..
Mau ikutan tapi udah tau kayak gitu nggak boleh.. tau dari pengajian..
Kepala cenat-cenut kebingungan. .
Oh kasihan.. Mendingan cacingan..

Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Ngeliat pendakwah akhlaknya kayak preman..
Makin bingung nyari teladan..
Teladannya bukan lagi idaman..
Hidup jadi abu-abu kayak mendungnya awan..
Mau jadi putih nggak kuat nahan..
Ah biarlah kutumpahkan semua dengan cacian makian..
Akhirnya aku ikut-ikutan jadi preman..
Teladan pun sekarang ini susah ditemukan..

Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Diajakain dauroh alasannya segudang..
Semangat cuma pas diajak ke warung padang..
Atau maen game bola sampe begadang..
Mata tidur pas ada lantunan tilawah yang mengundang..
Tapi mata kebuka lebar waktu nyicipin lauk rendang..
Duh.. berdendang…

Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Bangga disebut ikhwan.. hati jadi wah..
Tapi jarang banget yang namanya tilawah..
Yang ada sering baca komik naruto di depan sawah..
Hidup sekarang jadinya agak mewah..
Hidup mewah emang sah..
Tapi.. kesederhanaan yang dulu berakhir sudah?

Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Dulunya di dakwah banyak amanah..
Sekarang katanya berhenti sejenak untuk menyiapkan langkah..
Tapi entah kenapa berdiamnya jadi hilang arah..
Akhirnya timbul perasaan sudah pernah berdakwah..
Merasa lebih senior dan lebih mengerti tentang dakwah..
Anak baru dipandang dengan mata sebelah..
Akhirnya diam dalam singgasana kenangan dakwah..
Dari situ bilang.. Dadaaahhh.. Saya dulu lebih berat dalam dakwah..
Lanjutin perjuangan saya yah…

Jadi Ikhwan jangan cengeng..
Nggak punya duit jadinya nggak dateng Liqo..
Nggak ada motor yaa halaqoh boro-boro..
Murabbi ikhlas dibikin melongo..
Binaan nggak ada satupun yang ngasih info..
Ngeliat binaan malah pada nonton tv liat presenter homo..
Adapula yang tidur sambil meluk bantal guling bentuk si komo..

Oh noo…

Jadi Ikhwan jangan cengeng…
Jadi Ikhwan jangan cengeng…
Jadi Ikhwan jangan cengeng…
Jadi Ikhwan jangan cengeng…
Jadi Ikhwan jangan cengeng…

Sudah mbaca? Mungkin ada yang bingung karena banyak istilah yang asing, tapi pastinya ada pula yang langsung senyamsenyum karena merasa kesindir…biasanya tipe yang kedua inilah yang punya gelar ikhwan. Ada puisi balasankah?

Akhwat ada yang baca? Ada respon?